Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semester I/2021, ICDX Catatkan Transaksi Multilateral Melonjak 58 Persen

Secara keseluruhan, hingga Juni 2021 perdagangan multilateral di bursa ICDX telah menyentuh Rp126 triliun.
Direktur Utama Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Lamon Rutten memberikan paparan saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (2/10)./JIBI-Dwi Prasetya
Direktur Utama Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Lamon Rutten memberikan paparan saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (2/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Group mencatatkan kenaikan transaksi multilateral sebesar 57,9 persen pada semester I/2021.

Pertumbuhan ini menjadi salah satu bukti upaya ICDX dalam membangun ekosistem perdagangan berjangka komoditi yang terintegrasi melalui operasi terstruktur Lembaga Kliring ICH dan pusat logistik ILB.

Produk derivatif komoditas milik ICDX yang terdiri dari emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX) menjadi salah satu kontributor utama pencapaian transaksi derivatif multilateral ICDX.

Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX telah mencapai 294.658 Lot settled. Angka tersebut meningkat 137 persen jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020.

Secara keseluruhan, hingga Juni 2021 perdagangan multilateral di bursa ICDX telah menyentuh angka Rp126 triliun.

Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, tahun ini ICDX telah meluncurkan empat kontrak spot kurs valuta asing baru yaitu NZDJPY (Micro), EURCHF (Micro), GBPCAD (Micro), dan CHFJPY.

Di sisi lain, perdagangan fisik timah juga mengalami pertumbuhan yang pesat dan menunjukkan tren naik tahun ini.

Sejak diperdagangkan melalui ICDX pada Agustus 2013 hingga Juni 2021 total ekspor timah mencapai 417.331 metrik ton setara dengan US$8,2 miliar atau Rp1.188 triliun.

 Hal ini menunjukkan Indonesia dapat menjadi tulang punggung pasar timah dunia, dan pasar timah diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi perekonomian Indonesia.

Komisaris Utama ICDX, K.H Said Aqil Siradj mengatakan ICDX akan mengkaji prospek ekonomi hijau global. Ia memaparkan, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra perdagangan karbon dan mengimplementasikan ekonomi hijau.

Dengan bentang alam yang luas dan sumber daya alam yang menjadikannya sebagai salah satu paru-paru dunia, Indonesia berpotensi besar menjadi produsen karbon utama.

“Lahan-lahan kita telah dikaruniai dengan kemampuan menyerap karbon yang besar dan menyumbangkan 75 hingga 80 persen kredit karbon dunia. Melihat kepentingan tinggi akan upaya penanggulangan pemanasan global, kredit karbon dapat menjadi komoditas yang sangat strategis dan berkelanjutan,” katanya dalam acara perayaan 12 tahun ICDX Group, Kamis (22/7/2021).

Sementara itu, CEO ICDX Lamon Rutten mengatakan, secara global, ribuan perusahaan telah berkomitmen untuk netral terhadap produksi karbon pada tahun 2050 sejalan dengan Perjanjian Paris 2015.

Ia memaparkan, perusahaan-perusahaan tidak dapat mengubah solusi teknologi sedemikian rupa sehingga tidak lagi memancarkan gas rumah kaca. Sebaliknya, mereka harus membeli kredit karbon di pasar untuk mengimbangi sisa emisi gas rumah kaca mereka.

“Penyeimbangan karbon dihasilkan baik oleh perusahaan yang mengurangi emisi karbon di bawah garis dasar yang disepakati, atau oleh perusahaan yang menangkap karbon dari atmosfer, misalnya melalui proyek kehutanan,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper