Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREMIUM NOTES : Menimbang Valuasi Bukalapak, Sinyal Emiten Emas & Rencana Besar Emiten Erick Thohir (ABBA)

Pro dan kontra soal daya tarik Bukalapak sebagai emiten baru masih berlanjut. Pada saat bersamaan, emiten emas mendapat sinyal positif dari potensi harga komoditas kala beberapa emiten lain sedang tendensius berburu modal.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan rencana bisnsi perusahaan dalam acara Penawaran Umum Perdana Saham PT Bukalapak.com Tbk., Jumat (9/7/2021)./Bisnis-Ika Fatma Ramadhansari
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan rencana bisnsi perusahaan dalam acara Penawaran Umum Perdana Saham PT Bukalapak.com Tbk., Jumat (9/7/2021)./Bisnis-Ika Fatma Ramadhansari

Bisnis.com, JAKARTA - Minornya kinerja keuangan Bukalapak tidak lantas bikin calon emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut kehilangan minat investor.

Tidak sedikit yang meyakini bahwa laba atau rugi perseroan bukanlah acuan tunggal untuk menilai valuasi dan prospek suatu startup. Berbagai kolaborasi yang dilakukan Bukalapak dengan warung-warung di berbagai kota, berikut mitra yang tersebar di berbagai wilayah, dinilai pakar bisa jadi magnet lain calon emiten berkode BUKA tersebut.

Belum lagi jika bicara keberadaan investor-investor besar di dalam perseroan yang juga bisa menarik kehadiran investor kakap lainnya.

1. Mitra Bukalapak (BUKA), Valuasi IPO & Minat Tinggi Investor

Namun, sebagian kalangan lain menilai investor juga mesti cermat dan tidak mudah tergiur. Termasuk melihat dengan lebih jeli beberapa indikator keuangan yang bias dan membuat Bukalapak terkesan overrated (kemahalan). 

Head of Research Henan Puthirai Sekuritas Robertus Yanuar misal, menilai bahwa akan lebih bijak jika investor melihat indikator pendapatan alih-alih nilai Gross Merchandise Value (GMV) dan Gross Transaction Value (GTV) alias nilai transaksi total.

"Kalau kita ambil angka optimistis, rata-rata fee hanya sebesar 20 persen dari GMV. Artinya, pendapatan perusahaan hanya 1/5 GMV. Belum lagi menghitung biaya-biaya."

Selengkapnya dapat dibaca di sini.

emas
emas

Karyawati menunjukkan replika logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (6/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

2. Varian Delta Mengganas, Emiten Emas ANTM, MDKA, BRMS dkk Makin Berkilau?

Merebaknya gelombang Covid-19 baru yang disebabkan varian virus delta di berbagai belahan dunia memicu sinyal kenaikan harga emas. Hal tersebut tampak dari rebound perlahan harga aset safe haven ini selama sebulan terakhir.

Jika kenaikan tersebut berlanjut, bukan cuma produsen logam mulia global, tetapi perusahaan-perusahaan dalam negeri seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) hingga emiten milik Grup Saratoga PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) bakal ketiban durian runtuh.

Beberapa emiten emas lain yang harganya masih cenderung undevalued ketimbang kedua emiten tersebut juga bisa menjadi opsi investasi yang menarik bagi investor. Meskipun, risiko ketidakpastian penanganan pandemi juga bisa menjadi faktor yang menghambat potensi harga emas maupun kinerja perusahaan produsen komoditas tersebut.

Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan investor?

Tips selengkapnya dapat dibaca di sini.

 

3. Kejar Setoran Mahaka Media (ABBA), Bisnis Media Erick Thohir

PT Mahaka Media Tbk. (ABBA), emiten media dan platform digital yang terafiliasi dengan Menteri BUMN Erick Thohir, berencana melakukan rights issue dengan target modal tambahan Rp120 miliar.

Kendati masih harus menanti persetujuan RUPS dan belum ada kepastian tanggal eksekusinya, rencana tersebut sudah disambut investor dengan animo tinggi. Tujuan penggunaan dana modal tambahan, yang sepenuhnya bakal diarahkan menjadi modal kerja dan investasi teknologi digital menjadi magnet seiring tingginya ekspektasi terhadap saham-saham dengan bisnis berbau teknologi.

Dalam 2 hari perdagangan terakhir, saham ABBA terus menerus ditransaksikan secara agresif dan mengalami lonjakan harga signifikan.

Hingga Rabu (21/7/2021), banderol saham ABBA bahkan telah menyentuh Rp368 per saham atau melonjak 14 persen lebih dalam kurun sehari. Sementara itu, jika ditarik ke posisi awal tahun, saham ABBA telah mendaki 360 persen.

Analis menilai saham ABBA masih prospektif jika melihat tren jumlah transaksi yang masih tinggi. Akan tetapi, di sisi lain kenaikan yang terjadi juga berpotensi membuat emiten ini rawan profit taking dan harganya bisa kolaps kapan saja. 

Pembahasan selengkapnya bisa dibaca di sini.

garuda
garuda
 

Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

4. 20 Emiten Masuk Watchlist BEI, Haruskah Investor Waspada?

Tak kurang dari 20 emiten di Indonesia masuk dalam radar pantauan khusus BEI. Terakhir, pada Rabu (21/7) kemarin BEI menambah tiga nama lain dengan landasan ekuitas mereka yang negatif yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA), dan PT Tridomain Performance Materials Tbk. (TDPM).

Dari deretan emiten yang masuk pantauan emiten bursa, hampir semua mengalami pergerakan saham yang volatil. Beberapa di antaranya, seperti BINA , bahkan justru mengalami kenaikan harga meski kinerja keuangannya belum menunjukkan tanda-tanda meyakinkan.

Apa saja daftar emiten tersebut dan bagaimana strategi yang sebaiknya diterapkan investor publik untuk menyikapi langkah BEI?

Selengkapnya dapat dibaca di sini.

 

5. Mengintip Fundamental BBNI yang Akan Melakukan Buyback Saham

Emiten bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) berencana melakukan aksi buyback Rp1,7 triliun dalam waktu dekat. Aksi korporasi ini bakal dilakukan secara bertahap mulai 22 Juli sampai dengan 21 Oktober 2021.

Langkah tersebut dilakukan menyikapi harga saham BBNI yang cenderung lesu sejak kedatangan pandemi Covid-19. Manajemen meyakini bahwa aksi buyback bisa memantik harga saham BBNI untuk kembali ke level harga semestinya.

Dengan kapitalisasi pasar paling rendah dibanding emiten perbankan pelat merah anggota BUKU IV lainnya, saham BBNI memang menarik. Namun, bagaimana bila dikorelasikan ke aspek fundamentalnya?

Pembahasan selengkapnya dapat Anda baca di sini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper