Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gudang Garam (GGRM) RUPS Hari Ini, Bakal Ada Dividen dan Kejelasan Akuisisi?

Dalam keterangan manajemen GGRM di Bursa Efek Indonesia, perusahaan akan melakukan RUPST 2020 di Grand Surya Hotel, Kediri, pada Kamis 8 Juli 2021.
Jajaran direksi PT. Gudang Garam Tbk. Heru Budiman (kedua kanan), bersama Slamet Budiono (kanan), Herry Susianto (kiri), dan Istata Taswin Siddharta (kedua kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers RUPS, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Prasetia Fauzani
Jajaran direksi PT. Gudang Garam Tbk. Heru Budiman (kedua kanan), bersama Slamet Budiono (kanan), Herry Susianto (kiri), dan Istata Taswin Siddharta (kedua kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers RUPS, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Kamis (8/7/2021). Salah satu agenda yang menjadi perhatian ialah penggunaan saldo laba.

Dalam keterangan manajemen GGRM di Bursa Efek Indonesia, perusahaan akan melakukan RUPST 2020 di Grand Surya Hotel, Kediri, pada Kamis 8 Juli 2021. Ada 6 mata acara yang digelar, salah satnya penggunaan laba 2020.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, Rabu (31/3/2021), emiten bersandi GGRM ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp114,47 triliun meningkat Rp3,95 triliun atau naik 3,57 persen dari pendapatan pada 2019 yang sebesar Rp110,52 triliun.

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp7,64 triliun pada 2020, turun 29,19 persen dari laba bersih pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,88 triliun.

Sebelumnya, dalam RUPST 2019, Gudang Garam memutuskan untuk tak membagikan dividen dari keuntungan tahun buku 2019. Para pemegang saham menyetujui penetapan penggunaan laba perseroan untuk tahun buku 2019 seluruhnya dimasukkan dalam akun saldo laba.

“Saldo laba akan digunakan untuk menambah modal kerja sehingga perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan untuk tahun buku 2019,” demikian tertulis dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Jumat (28/8/2020)

Ini merupakan pertama kalinya dalam beberapa tahun belakangan perseroan tidak membagikan dividen.

Padahal, Gudang Garam masuk ke dalam jajaran emiten yang royal membagikan dividen, yakni IDX High Dividend 20. Indeks tersebut yang beranggotakan 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.

Pada 2019 lalu, Gudang Garam membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp5 triliun atau setara dengan 2.600 per saham untuk tahun buku 2018.

Adapun, mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, secara berturut-turut DPR Gudang Garam pada 2015-2017 adalah 78 persen, 75 persen, dan 65 persen. Saat itu, laba bersih perseroan mencapai Rp6,44 triliun, Rp6,67 triliun, dan Rp7,75 triliun.

Pada 2019, GGRM berhasil mencetak pertumbuhan laba 39,64 persen menjadi Rp10,88 triliun dari Rp7,79 triliun. Pertumbuhan laba ini disumbang oleh kenaikan pendapatan pada tahun 2019 menjadi Rp110,52 triliun, naik 15,48 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp95,71 triliun.

Aksi GGRM yang tak membagikan dividen membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah jajaran penghuni IDX High Dividend 20, yang berlaku sejak Februari hingga Agustus 2021.

Dalam Indeks High Dividend 20 terkini, saham GGRM dan LPPF dikeluarkan, dan digantikan oleh saham DMAS dan WSBP.

AKUISISI

Sementara itu, Gudang Garam menepis isu mengenai potensi merger dan akuisisi (M&A) perseroan ke perusahaan asing.

Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan hingga saat ini tidak terdapat pembicaraan mengenai merger dan akuisisi antara perseroan dengan Japan Tobacco maupun perusahaan asing lainnya.

“Bahwa sampai dengan tanggal surat penjelasan ini disampaikan, tidak terdapat pembicaraan mengenai M&A antara perseroan dengan Japan Tobacco atau perusahaan asing lainnya,” tulis Heru lewat keterbukaan informasi, Rabu (7/7/2021).

Sebelumnya, harga saham emiten dengan kode GGRM tersebut mengepul setelah beredar rumor perseroan bakal diakuisisi oleh perusahaan rokok asal Jepang.

CGS-CIMB Sekuritas Indonesia dalam catatannya mengatakan pelaku pasar tengah heboh membicarakan potensi Gudang Garam menjadi subjek merger & acquisition (M&A) oleh perusahaan asing.

“Kami mengeksplorasi dari perspektif pembeli potensial serta alasan yang mendorong keluarga [pemilik Gudang Garam] untuk menjual,” tulis CGS-CIMB Sekuritas dalam catatan yang dikutip Jumat (2/7/2021).

CGS-CIMB Sekuritas memperkirakan Japan Tobacco menjadi pembeli potensial GGRM apabila dilihat dari perspektif strategis maupun kedekatan JT dengan keluarga Wonowidjojo.

Tak hanya JT berkemungkinan memiliki dana yang cukup untuk M&A, namun melihat ke belakang JT tampak agresif mengakuisisi perusahaan rokok di luar Jepang seperti di Filipina, Rusia, dan Bangladesh.

Adapun, apabila aksi akuisisi ini terjadi, JT setidaknya harus mengeluarkan dana sekitar US$10 miliar - US$15 miliar dengan asumsi harga saham GGRM Rp80.000 - Rp113.000 per saham.

Di lantai bursa, saham GGRM ditutup turun 1,39 persen menjadi Rp40.850 pada pukul 15.04 WIB, Rabu (7/7/2021). Kapitalisasi pasar tercatat Rp78,60 triliun.

Sebelumnya, seiring dengan rumor akuisisi, pada Jumat (2/7/2021) harga saham GGRM tersebut 6,9 persen menuju level Rp47.250 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper