Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Harga CPO Turun, London Sumatera (LSIP) Diyakini Tetap Cuan Tahun Ini

PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) diyakini tetap optimal pada 2021, meski harga CPO mengalami tren penurunan. Simak rekomendasi sahamnya.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020)./ANTARA FOTO-Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020)./ANTARA FOTO-Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) diyakini akan tetap optimal pada 2021, di tengah tren penurunan harga CPO.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis menyebutkan meski tengah terkoreksi, level harga CPO diprediksi bertahan di level yang optimal. Selain itu, emiten perkebunan seperti LSIP akan diuntungkan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang menurunkan pajak ekspor CPO.

“Pajak ekspor yang lebih rendah ini terutama akan menguntungkan LSIP mengingat lini bisnisnya yang sepenuhnya pada segmen upstream dan profil perkebunannya yang optimal,” jelasnya dalam laporannya, Minggu (4/7/2021).

Selain itu, LSIP juga memiliki neraca keuangan yang sehat dengan posisi kas yang kuat sebesar Rp2 triliun pada 2020. Hal tersebut memberi ruang gerak tersendiri untuk LSIP melakukan aksi-aksi korporasi terkait, seperti akuisisi yang strategis atau pemberian dividen yang lebih besar.

Edward mengatakan saat ini, posisi kas bersih LSIP berada di level tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Tren tersebut diyakini akan berlanjut seiring sentimen harga CPO yang bertahan di level yang cukup tinggi pada tahun ini.

Lebih lanjut, margin keuangan LSIP akan terus membaik pada tahun ini, seiring dengan kenaikan rata-rata harga jual produk sawit. Dia memproyeksi LSIP mampu membukukan laba bersih senilai Rp1,17 triliun pada akhir 2021, naik 68,4 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan realisasi tahun lalu, yang senilai Rp696 miliar.

Sementara itu, angka penjualan juga diprediksi naik ke level Rp4,46 triliun, berbanding pencapaian Rp3,53 triliun pada 2020. Hal ini terjadi seiring dengan proyeksi kenaikan produksi LSIP sebesar 4,9 persen yoy, yang ditopang oleh membaiknya kondisi cuaca di Indonesia.

Edward menyematkan rekomendasi beli (buy) untuk LSIP dengan target harga Rp1.630. Menurutnya, level harga LSIP saat ini masih memiliki ruang untuk menguat karena Price-to-Equity Ratio (PER) yang cukup rendah pada 6,6 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper