Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Tertekan Efek Beberapa Sentimen Negatif, Rupiah Ditutup Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 0,14 persen atau 20 poin menjadi Rp14.445 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,03 persen ke level 91,82 pada pukul 15.41 WIB.
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menutup hari dengan pelemahan pada Senin (28/6/2021) seiring dengan pasar yang masih mencermati beberapa sentimen negatif, salah satunya perkembangan pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 0,14 persen atau 20 poin menjadi Rp14.445 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,03 persen ke level 91,82 pada pukul 15.41 WIB.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah pada hari ini masih dipicu oleh lonjakan kasus virus corona di Indonesia yang mencetak rekornya pekan lalu. Tidak sekedar mencetak rekor, lonjakan tajam bahkan terjadi, rekor sebelumnya berada di kisaran 15.000 kemudian langsung pecah lagi di atas 20.000 kasus per hari.

“Pasar terus mencermati beberapa sentimen negatif dari perkembangan pandemi Covid-19 dan informasi audit terbaru dari Badan Pemeriksa Keuangan RI,” tulis Ibrahim dalam rilis, Senin (28/6/2021).

Secara bersamaan, dalam audit terbaru Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI khawatir pemerintah Indonesia tidak bisa membayar utang. Di mana rasio utang Indonesia terhadap penerimaan sudah menembus 369 persen.

Persentase tersebut ungkap Ibrahim jauh di atas rekomendasi International Debt Relief (IDR) sebesar 92-176 persen dan rekomendasi Dana Moneter Internasional IMF sebesar 90-150 persen.

Ibrahim menjelaskan bahwa BPK khawatir hal ini membuat pemerintah kesulitan membayar utang negara. Masalahnya, tren penambahan utang dan biaya bunga sudah melebihi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan penerimaan negara yang memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah untuk membayar.

Sebagai catatan, per April 2021, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah mencapai Rp6.527,29 triliun atau 41,18 persen terhadap PDB.

Kemudian Ibrahim meneruskan BPK juga memberikan catatan terhadap indikator kesinambungan fiskal 2020 sebesar 4,27 persen yang telah melampaui batas yang direkomendasikan The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5441- debt indicator yakni di bawah 0 persen.

Dari luar negeri, investor sedang mencerna data inflasi yang diperkirakan melambat menjelang akhir tahun. Tanda-tanda pasar tenaga kerja yang ketat menurut Ibrahim membuat banyak investor resah atas tekanan harga yang didorong oleh upah.

Sementara itu, menurutnya suasana umum di sekitar pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung tetap solid, karena negosiator Senat Republik pada kesepakatan infrastruktur optimis tentang RUU bipartisan senilai US$1,2 triliun.

Berdasarkan sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan esok, Selasa (29/6/2021) nilai tukar rupiah akan ditutup kembali melemah.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.435-Rp14.470,” ujar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper