Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Kasus Covid-19 Masih Tekan Rupiah

Rupiah melemah 12 poin pada awal perdagangan pagi ini ke level Rp14.445 per dolar AS.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah melemah tipis pada awal perdagangan hari ini seiring dengan naiknya dolar AS dan bertambahnya kasus Covid-19 di dalam negeri.

Mengutip Bloomberg pada Kamis (24/6/2021), rupiah terdepresiasi 0,09 persen atau 12,5 poin menjadi Rp14.445 per dolar AS pada pukul 09.55 WIB. Sejak awal tahun, mata uang Garuda tertekan 2,73 persen.

Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang lain di kawasan Asia Pasifik juga terpantau tertekan pagi ini. Pelemahan paling dalam terjadi pada peso Filipina yang turun 0,15 persen, selanjutnya ringgi Malaysia turun 0,07 persen, dan yuan China turun 0,06 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan, salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah adalah pernyataan Gubernur The Federal Reserve AS Jerome Powell.

Ia mengatakan suku bunga tidak akan naik terlalu cepat hanya berdasarkan ketakutan akan inflasi yang akan datang.

Powell bersaksi di depan Subkomite Pemilihan DPR pada hari Selasa, di mana ia mengulangi tujuan bank sentral untuk pemulihan pasar kerja yang luas dan inklusif.

Pejabat The Fed telah menyatakan pandangan yang berbeda tentang kapan mungkin tepat untuk memperketat kebijakan moneter karena inflasi meningkat. Bank sentral AS mungkin berada dalam posisi untuk mulai mengurangi dukungan luar biasa terhadap ekonomi AS pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Pejabat The Fed akan terus mengawasi data ekonomi untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk mulai menyesuaikan kebijakan moneter dan setiap pembicaraan tentang kapan harus menyesuaikan suku bunga masih jauh, kata Presiden Bank Fed New York John Williams.

Sementara itu, dari dalam negeri, lonjakan penularan Covid-19 di Indonesia masih menjadi perhatian pelaku pasar. Kenaikan angka kasus positif ini dinilai bukan karena kesalahan masyarakat semata, tetapi juga kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dalam mengatasi pandemi.

“Ini karena kekhawatiran pemerintah terhadap ekonomi yang melambat dan padahal sudah otomatis ekonomi melambat,” katanya.

Program vaksin juga hanya diberikan ke masyarakat yang secara langsung berkontribusi terhadap perekonomian. Para ahli wabah atau dokter kemudian menyarankan agar para lansia yang sangat rentan terinfeksi masuk target prioritas.

Ibrahim mengatakan, rupiah masih akan kembali melemah pada perdagangan Kamis (24/6/2021). Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif dan ditutup pada rentang Rp14.410 - Rp14.470.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper