Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Dolar AS Masih Menghantui, WTI Tinggalkan Level US$71

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 0,4 persen ke level US$70,76 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 13:33 WIB.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak turun meninggalkan level US$71 per barel pada perdagangan Jumat (18/6/2021) karena pasar menimbang prospek penguatan dolar AS terhadap permintaan yang meningkat.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 0,4 persen ke level US$70,76 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 13:33 WIB.

WTI telah melemah 0,2 persen sepanjang pekan ini dan siap untuk penurunan mingguan pertama dalam empat pekan terakhir.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Agustus turun 0,5 persen ke level US$72,69 per barel di ICE Futures Europe exchange.

WTI melemah di tengah aksi jual komoditas, mulai dari tembaga hingga emas. Penurunan harga bahan baku mengikuti sinyal Federal Reserve yang akan mengakhiri kebijakan ultra-mudah jika waktunya tepat.

Sentimen dari The Fed tersebut membantu menguatkan dolar AS dan menekan daya tarik komoditas yang dijual dalam greenback.

Meskipun melemah, harga minyak WTI hanya sedikit lebih rendah pekan ini. hal ini didukung oleh tanda-tanda konsumsi yang kuat dan penurunan cadangan. Dengan peluncuran vaksin virus corona yang meningkatkan mobilitas, terutama di AS, Eropa, dan China, optimisme tentang prospek tercermin dalam pola harga pasar yang masih bullish.

Minyak telah reli pada tahun 2021 karena melonjaknya permintaan ditambah dengan pasokan yang masih tertahan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya. Kombinasi itu telah memperketat pasar global dengan cepat, mendorong para pedagang dan bank termasuk Citigroup Inc. untuk memperkirakan kenaikan lebih lanjut di paruh kedua tahun ini.

Analis pasar senior Asia Pasifik di Oanda Jeffrey Halley mengatakan tren bullish yang mendasari untuk minyak tetap di jalurnya.

"Pemain jangka panjang harus memanfaatkan penurunan ini, dan lonjakan jangka pendek lainnya yang lebih rendah hari ini, untuk menambah porsi minyak untuk mencerminkan prospek jangka menengah yang masih sangat positif," katanya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (18/6/2021).

Investor juga memantau situasi di Iran. Pembicaraan antara Teheran dan kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dan dimulainya kembali aliran minyak mentah resmi belum menjembatani perbedaan yang tersisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper