Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Respon Negatif Penurunan Cadev Indonesia, Rupiah Koreksi Tipis

Pelaku pasar merespons negatif data cadangan devisa Mei 2021, yang turun ke level terendah tahun ini.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi tipis pada perdagangan Rabu (9/6/2021) seiring dengan turunnya jumlah cadangan devisa Indonesia pada Mei 2021

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah turun 2 poin atau 0,01 persen ke level Rp14.255 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 persen pada posisi 90,067.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan, pergerakan rupiah pada hari ini salah satunya dipengaruhi oleh data cadangan devisa Indonesia. Pelaku pasar merespon negatif data cadangan devisa Mei 2021, yang turun ke level terendah tahun ini.

“Sehingga wajar kalau arus modal keluar dari pasar dalam negeri. Namun, pengeluaran arus modal masih bisa tertahan karena kondisi fundamental ekonomi yang terus stabil,” katanya.

Sebagai informasi  cadangan devisa Mei 2021 turun US$2,4 miliar menjadi US$136,4 miliar dari bulan sebelumnya US$138,8 miliar. Penurunan cadangan devisa kali ini juga menjadi penurunan paling dalam sejak Maret 2020 atau saat COVID-19 dinyatakan sebagai wabah.

Selain itu, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 12 persen akan berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat yang hingga kini masih stagnan. Hal ini karena kenaikan PPN akan memicu kenaikan harga karena sistem PPN Indonesia berupa value added tax.

kenaikan PPN akan mengakibatkan lonjakan harga pada berbagai rantai pasokan produksi maupun rantai pasokan distribusi. Kenaikan ini nantinya akan berlipat ganda dan secara akumulatif menjadi lebih dari 2 persen.

Sementara itu, dari luar negeri, investor menunggu data inflasi AS yang akan datang sambil mencerna yang dirilis oleh China pada hari sebelumnya.

Indeks harga konsumen (CPI) China untuk Mei tercatat turun 0,2 persen secara month to month dan tumbuh 1,3 persen year to year, keduanya di bawah perkiraan. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) tumbuh lebih baik dari perkiraan 9 persen secara year to year.

Di Amerika Serikat, lowongan tenaga kerja pada April meningkat menjadi 9,286 juta, lebih tinggi dari perkiraan 8,3 juta yang disiapkan oleh Investing.com dan 8,288 juta pada Maret.

Investor masih mengkhawatirkan potensi bank sentral yang akan memulai menarik langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa investor memperkirakan bahwa inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan di AS dapat mendorong bank sentral untuk mulai mengurangi pembelian aset mereka dan memberikan dorongan pada dolar.

“Namun, pergerakannya kecil menjelang data AS, termasuk CPI, dan keputusan kebijakan ECO, yang keduanya akan dirilis pada hari Kamis,” katanya.

Untuk perdagangan Kamis (10/6/2021) besok, nilai tukar rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun akan ditutup menguat tipis pada rentang Rp14.230 - Rp14.280.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper