Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Mulai Mendingin, Dekati 4.000 Ringgit Per Ton

Berdasarkan data Bursa Malaysia, harga CPO dengan kontrak teraktif terpantau turun 73 poin pada harga settlement 4.129 ringgit per ton setelah sempat bertengger di level 4.065 ringgit per ton.
Tandan buah segar/Bisnis.com
Tandan buah segar/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terpantau terkoreksi setelah mencatatkan level kenaikan tertinggi dalam dua pekan.

Berdasarkan data Bursa Malaysia, harga CPO dengan kontrak teraktif terpantau turun 73 poin pada harga settlement 4.129 ringgit per ton setelah sempat bertengger di level 4.065 ringgit per ton.

Sementara itu, harga CPO kontrak teraktif kedua diperdagangkan pada level harga setelmen 4.064 ringgit per ton, atau turun 117 poin dibandingkan dengan posisi sebelumnya.

Pekan lalu, harga CPO sempat parkir di level 4.158 ringgit per ton. Level itu merupakan penutupan tertinggi harga CPO di bursa Malaysia dalam perdagangan dua pekan terakhir. Sepanjang tahun berjalan 2021, harga CPO menguat sekitar 9,5 persen.

Public Investment Bank (PIVB) Research dalam laporannya menyebutkan, reli harga CPO yang berlangsung cukup lama telah mengejutkan banyak pelaku pasar. Pasalnya, kondisi fundamental minyak kelapa sawit saat ini tidak dapat mendukung level harga saat ini.

“Meski saat ini momentum harga tengah bullish, kami memperediksi level harga ini tidak akan berlanjut dan koreksi harga tidak akan terhindarkan seiring dengan kenaikan jumlah cadangan CPo,” demikian kutipan laporan tersebut.

PIVB memperkirakan harga CPO dapat terkoreksi dibawah level 3.500 ringgit per ton setelah September 2021 bersamaan dengan kenaikan jumlah pasokan. PIVB juga menaikkan proyeksi harga CPO nya untuk tahun ini menjadi 3.200 ringgit per ton dari sebelumnya 2.500 ringgit per ton.

Outlook harga CPO untuk tahun 2022 juga direvisi dari 2.500 ringgit per ton menjadi 2.700 ringgit per ton.

Sebelumnya, Fitch Solutions telah menetapkan proyeksi harga CPO terbaru untuk tahun 2021 pada 3.400 ringgit per ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan estimasi yang dikeluarkan Fitch Solutions sebelumnya pada level 3.050 ringgit per ton.

Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan, keterbatasan pasokan akan menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Fitch Solutions memprediksi kondisi pasar CPO akan tetap ketat pada kuartal II/2021.

Fitch Solutions menuturkan, jumlah pasokan dari Malaysia telah berada dibawah ekspektasi sejak kuartal I/2021 lalu seiring dengan minimnya jumlah tenaga kerja pada lahan sawit karena pandemi virus corona.

“Sementara itu, permintaan impor CPO mulai pulih seiring dengan pembukaan kembali kegiatan ekonomi pada beberapa negara,” demikian kutipan laporan tersebut.

Seiring dengan hal tersebut, Fitch Solutions mengatakan rerata harga CPO pada tahun 2021 di kisaran 3.270 ringgit per ton berbanding harga pada pasar spot di level 4.012 ringgit per ton. Sedangkan, rerata harga pada 2022 juga naik dari 2.600 ringgit per ton menjadi 2.900 ringgit per ton.

Harga CPO berjangka juga diproyeksi tidak akan melampaui level tertingginya pada 2008 lalu seiring dengan mulai membaiknya produksi dalam beberapa bulan mendatang.

Dalam jangka pendek, permintaan dari India akan berkurang seiring dengan lonjakan penyebaran virus corona yang akan mengganggu kegiatan perdagangan dan impor di negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper