Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Tunggu Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup Variatif

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,36 persen ke level 34.630,24, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,08 persen ke level 4.226,52. Nasdaq menguat tipis.
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar bursa saham Amerika Serikat melemah pada perdagangan Senin (7/6/202) karena investor mempertimbangkan risiko inflasi dan dampak potensial dari pajak perusahaan global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,36 persen ke level 34.630,24, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,08 persen ke level 4.226,52.

Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite menguat 0,49 persen ke level 13.881,72. Adapun indeks Nasdaq 100 menguat 0,23 persen ke 13.802,89.

Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun menguat 0,0187 basis poin ke 1,573 persen. Indeks dolar AS melemah 0,186 poin atau 0,21 persen ke 89,95.

S&P 500 melemah, setelah sebelumnya naik menuju level tertinggi sepanjang masa, dengan dua saham yang melemah berbanding satu saham turun. Dow Jones Industrial Average juga melemah, dengan 20 dari 30 konstituennya ditutup lebih rendah.

Adapun saham Nasdaq 100 berbalik menguat karena Biogen Inc. melonjak setelah obat Alzheimernya disetujui oleh otoritas kesehatan. Penguatan saham Biogen juga mengerek saham kesehatan lainnya.

Imbal hasil Treasury AS naik dari level terendah sejak akhir April setelah Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pada hari Minggu bahwa lingkungan suku bunga yang sedikit lebih tinggi akan menjadi nilai tambah.

Tekanan pasar saham terjadi karena data terbaru, termasuk laporan pekerjaan hari Jumat, membenarkan sikap dovish Federal Reserve terhadap kebijakan moneter.

Investor mencoba untuk mencapai keseimbangan antara potensi kenaikan suku bunga dan tidak melewatkan reli yang sebagian besar didorong oleh stimulus besar-besaran pemerintah.

Laporan indeks harga konsumen AS yang akan dirilis Kamis akan menjadi salah satu indikator ekonomi utama terakhir yang dirilis sebelum keputusan suku bunga The Fed akhir bulan ini.

"Meskipun angka tenaga kerja sedikit beragam, ini menyarankan kemajuan yang solid tetapi ruang untuk perbaikan, yang dapat meredam tindakan The Fed," kata direktur pelaksana produk perdagangan dan investasi di E*Trade Financial Chris Larkin, seperti dikutip Bloomberg.

“Saat indeks berada di sekitar rekor tertinggi, perlu diingat bahwa wajar bila pasar mengambil jeda saat memulai pekan ini,” lanjutnya.

Yellen mengatakan Presiden Joe Biden akan mendorong rencana pengeluarannya bahkan jika hal tersebut memicu inflasi yang berlanjut hingga tahun depan.

Sementara itu, negara-negara G-7 memperoleh kesepakatan penting yang dapat membantu negara-negara mengumpulkan lebih banyak pajak dari perusahaan-perusahaan besar dan memungkinkan pemerintah untuk mengenakan pungutan pada raksasa AS seperti Amazon dan Facebook.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper