Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walau Bisnis Makin Kokoh, TOWR dan TBIG Dapat Rekomendasi Berbeda dari Analis

Analis J.P. Morgan Securities Singapore mengantisipasi kinerja yang lebih baik di PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) tahun ini, didorong oleh belanja modal perusahaan telekomunikasi untuk memperkuat jaringan.
Halaman muka Laporan Tahunan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 2016./towerbersama
Halaman muka Laporan Tahunan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 2016./towerbersama

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah analis percaya bisnis menara telekomunikasi akan makin kokoh pada 2021 seiring dengan kenaikan permintaan data dan persiapan operator telekomunikasi mempersiapkan jaringan 5G.

Analis J.P. Morgan Securities Singapore Ranjan Sharma dan tim mengantisipasi kinerja yang lebih baik di PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) tahun ini, didorong oleh belanja modal perusahaan telekomunikasi untuk memperkuat jaringan.

“Pertumbuhan TOWR dan TBIG telah melampaui perkiraan. Dengan capex dari tiga perusahaan telco terbesar di Indonesia, serta investasi dari Hutch dan Smartfren, tentunya akan menjadi sentimen positif untuk perusahaan menara,” tulis Ranjan dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Minggu (6/6/2021).

Adapun, kenaikan pendapatan dan penyewa di TOWR dan TBIG saat ini terpantau mulai banyak didorong oleh Hutch dan Smartfren.

Lebih lanjut, Ranjan menilai kenaikan ROIC (return on invested capital) kolokasi juga menjadi faktor kunci yang akan mendorong pertumbuhan perusahaan menara dalam jangka pendek di tengah-tengah tantangan logistik akibat pandemi.

Ranjan memberikan rekomendasi overweight untuk TOWR dengan target harga Rp1.350 sementara saham TBIG direkomendasikan netral dengan target harga Rp2.580.

Analis Ciptadana Sekuritas Gani mengatakan TOWR telah mengantisipasi fokus operator telekomunikasi untuk memperkuat jaringan di tengah-tengah lonjakan kebutuhan data. Dengan demikian, bisnis fiber optik mendapatkan kesempatan untuk lebih tampil ketimbang menara.

Adapun, bisnis nonmenara di emiten Grup Djarum tersebut kian bergeliat pada kuartal I/2021 dengan kontribusi sebesar 17 persen terhadap pendapatan, naik dari 15 persen pada kuartal IV/2020 maupun kuartal I/2020.

“Dalam basis kuartalan, pendapatan nonmenara [TOWR] telah menjadi motor utama pendapatan pada kuartal I/2021, berkontribusi 77 persen dari pendapatan secara kuartalan,” tulis Gani.

Pencapaian itu disebut Gani berasal dari tambahan panjang fiber optik yang sudah dibentangkan TOWR sekitar 4.000 kilometer menjadi 40.000 kilometer dari posisi akhir 2020. Sementara itu, rasio efisiensi fiberisasi juga naik menjadi 34 persen pada akhir Maret 2021 dibanding kuartal sebelumnya 25 persen.

Adapun, XL Axiata dan Indosat masih menjadi penyewa utama untuk jaringan fiber optik yang disediakan TOWR. Selain dari dua penyewa utama itu, TOWR juga melihat permintaan meningkat dari Hutch dan Smartfren.

Gani juga memberikan rekomendasi beli untuk saham TOWR dengan target harga Rp1.450. Menurut Gani, walaupun dia memperkirakan pendapatan TOWR akan lebih rendah tahun ini, namun perseroan tampaknya tetap mampu tumbuh didukung oleh pengembangan intensif jaringan 4G dan komersiallisasi jaringan 5G.

Analis Panin Sekuritas Rigel Andriansyah menjelaskan untuk TBIG tahun ini berpotensi tumbuh positif ditopang oleh akuisisi 3.000 menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST).

Dengan tambahan penyewa sebanyak 4.400 tenant baru dari akuisisi itu, tenancy ratio emiten Grup Saratoga ini diperkirakan dalam jalur yang tepat untuk mencapai target 7.400 tenant tahun ini.

“Kami juga menilai bahwa TBIG akan diuntungkan, dari kondisi suku bunga yang rendah yang akan bertranslasi terhadap cost of debt yang lebih murah bagi TBIG ke depannya,” tulis Rigel.

Akan tetapi, konsolidasi Indosat dan Hutch dinilai Rigel akan menjadi penghambat pertumbuhan TBIG. Pasalnya, Hutch merupakan salah satu kontributor pertumbuhan TBIG pada 2020 dan konsolidasi antaroperator berpotensi menghambat pertumbuhan tenant di perseroan.

Rigel memberikan rekomendasi tahan untuk saham TBIG dengan target harga Rp2.100. Menurutnya, valuasi TBIG saat ini kurang menarik walaupun prospek bisnisnya lebih cerah hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper