Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MI Masih Yakin Reksa Dana Pendapatan Tetap Akan Cuan Pada Tahun Ini

Kinerja reksa dana pendapatan tetap yang sejak awal tahun masih terkoreksi salah satunya dikarenakan adanya kenaikan tingkat suku bunga jangka panjang di Indonesia. 
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Prospek reksa dana pendapatan tetap diyakini masih cukup positif untuk tahun ini. Kendati demikian, kinerja instrumen ini akan cenderung melemah dibandingkan tahun lalu seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi.

Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM) Anthony Dirga memaparkan kinerja reksa dana pendapatan tetap yang sejak awal tahun masih terkoreksi salah satunya dikarenakan adanya kenaikan tingkat suku bunga jangka panjang di Indonesia. Ia memaparkan, kinerja obligasi atau reksa dana pendapatan tetap berbanding terbalik dengan gerakan suku bunga jangka panjang.

“Kenaikan suku bunga jangka panjang akan menghasilkan kinerja yang negatif dan sebaliknya,” katanya saat dihubungi pada Minggu (6/6/2021).

Ia melanjutkan, suku bunga obligasi pemerintah 10 tahun naik dari 5,94 persen pada akhir tahun 2020 menjadi 6,53 persen per kemarin. Pergerakan ini berkorelasi dengan kenaikan suku bunga jangka panjang di Amerika Serikat yang juga naik dari 0,92 persen pada akhir tahun 2020 menjadi ke kisaran 1,61 persen.

Kenaikan suku bunga tersebut juga terjadi secara global. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh adanya ekspektasi pemulihan perekonomian pasca pandemi virus corona.

Meski masih terkoreksi, Anthony menilai prospek reksa dana pendapatan tetap sepanjang tahun ini tetap baik, meski kinerjanya akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Ia menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah sifat obligasi pemerintah yang berbanding terbalik dengan pemulihan ekonomi.

“Obligasi pemerintah sebagai instrumen investasi dengan resiko wanprestasi yang sangat rendah, cenderung menghasilkan kinerja yang baik di saat terjadinya pelemahan ekonomi seperti situasi pandemi tahun lalu (flight to quality),” jelasnya.

Sebaliknya, obligasi pemerintah cenderung tertinggal ketika ekonomi mengalami pemulihan seperti yang dialami sekarang pascapandemi virus corona. Anthony mengatakan, obligasi pemerintah masih menjadi instrumen investasi yang utama untuk reksa dana pendapatan tetap di Indonesia.

“Oleh karena itu, pergerakan obligasi pemerintah sangat mempengaruhi kinerja reksa dana pendapatan tetap,” ujarnya.

Adapun, dalam meracik portofolio reksa dana pendapatan tetap, Trimegah AM terus menganalisa keadaan makro ekonomi domestik dan global untuk melengkapi pandangan investasi. 

Anthony menyebutkan, pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan tingkat inflasi adalah faktor-faktor utama yang selalu diperhatikan Trimegah AM baik di dalam maupun di luar negeri.

Hasil analisa tersebut nantinya dituangkan dalam kebijakan pemilihan durasi atau maturity obligasi-obligasi di dalam portofolio Trimegah AM. Dalam fase ekonomi yang mengalami pemulihan seperti saat ini, Ia menuturkan selain obligasi pemerintah, obligasi korporasi juga dapat menjadi pilihan investasi yang menarik bagi produk reksa dana Trimegah.

“Tentunya kami mengutamakan korporasi-korporasi dengan bisnis yang solid dan cash flow yang kuat, sehingga mampu mengarungi kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan ini,” pungkasnya.

Secara terpisah, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, sentimen kenaikan inflasi di AS akan berkaitan erat dengan prospek reksa dana pendapatan tetap. Rudiyanto memaparkan, inflasi dan harga komoditas yang tinggi membuat kekhawatiran akan terjadinya tapering oleh bank sentral AS.

Di sisi lain, inflasi di Indonesia berada dalam level yang terkendali. Hal ini turut didukung oleh indikator seperti neraca dagang yang surplus.

Rudiyanto memprediksi adanya pengumuman terkait tapering oleh bank sentral AS pada tahun ini. Hal tersebut dinilai akan membuat pasar bergejolak meski dampaknya hanya sesaat.

“Kemungkinan pengumuman ini dilakukan 7 – 8 bulan sebelum dilaksanakan. Sehingga, baru akan dijalankan pada 2022 mendatang,” jelasnya.

Adapun, hingga akhir tahun, reksa dana pendapatan tetap diyakini masih akan mencatatkan kinerja positif. Hal ini ditopang oleh hasil-hasil positif dari data perekonomian Indonesia yang dapat memperkuat posisi yield SUN di level 6 persen hingga 6,25 persen pada tahun ini.

Rudiyanto menambahkan, Panin Asset Management melakukan kombinasi antara obligasi pemerintah dan korporasi dalam meracik produk reksa dana pendapatan tetap. Panin Asset Management juga melakukan pengaturan di jangka waktu tertentu guna meminimalkan risiko fluktuasi harga.

“Kami juga memanfaatkan momentum koreksi untuk masuk ke obligasi pemerintah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper