Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Terkoreksi setelah Data Pekerjaan AS Redam Pengetatan Kebijakan the Fed

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,38 persen pada 90,135, merosot dari tertinggi tiga minggu di awal sesi.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar dolar AS jatuh pada akhir perdagangan Jumat (5/6/2021), setelah data pengupahan (payrolls) nonpertanian AS menunjukkan perekrutan meningkat pada Mei karena pandemi mereda.

Hal tersebut meredam ekspektasi Federal Reserve (the Fed) akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan.

Data penggajian nonpertanian AS meningkat 559.000 pekerjaan pada bulan lalu, dibantu oleh tingkat vaksinasi Covid-19 yang lebih tinggi, tetapi angka ini di bawah perkiraan konsensus untuk 650.000 pekerjaan yang ditambahkan pada Mei.

"Angka penggajian ini sedikit mengecewakan," kata Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya dilansir Antara, Sabtu (5/6/2021).

Laporan yang lebih lemah dari perkiraan tersebut berarti tidak ada urgensi bagi The Fed untuk mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan sebesar US$120 miliar untuk mendukung perekonomian, katanya.

"Kabar buruk tentang ekonomi adalah kabar baik bagi the Fed yang sangat akomodatif, yang akan menahan dolar," kata Moya.

Meskipun terjadi kenaikan pada Mei, pengupahan nonpertanian tetap 5,0 persen atau 7,6 juta pekerjaan, di bawah tingkat sebelum krisis, kata Jocelyn Paquet, seorang ekonom di National Bank of Canada, mengatakan dalam catatan kepada kliennya.

"Oleh karena itu, masih ada jalan panjang untuk menuju pasar tenaga kerja," katanya.

Pada pukul 15.00 waktu setempat (19.00 GMT), indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,38 persen pada 90,135, merosot dari tertinggi tiga minggu di awal sesi.

Sementara, Euro menguat 0,31 persen menjadi US$1,21650. Dolar Australia, yang telah turun ke level terendah sejak April pada Kamis (3/6/2021), melonjak 1,08 persen menjadi US$0,77430, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,97 persen pada US$0,72115.

"Dolar memiliki beberapa momentum negatif di sini sekarang menuju minggu depan, jadi saya tidak akan terkejut jika beberapa dari aksi harga ini tumpah ke perdagangan Asia minggu malam," kata Direktur dan Kepala Strategi Valas Exchange Bank of Canada, Erik Bregar.

Dolar telah mengalami reli pada Kamis (3/6/2021), mencatat kenaikan harian terbesar dalam sebulan, setelah klaim pengangguran mingguan AS turun di bawah 400.000 untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai lebih dari setahun yang lalu dan penggajian swasta meningkat secara signifikan lebih dari yang diharapkan.

Sementara itu, yen Jepang turun 0,71 persen, berpindah tangan pada 109,505 versus dolar. Yuan China melemah melewati level 6,40, setelah merosot dari level tertinggi tiga tahun ketika bank sentral China bergerak untuk membatasi kenaikan mata uangnya awal pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper