Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Daya Saham Emiten Konstruksi, Mana Paling Direkomendasikan?

Analis masih selektif memilih saham dari sektor infrastruktur dan konstruksi, karena dilihat dari kekuatan neraca keuangan dan prospek pendapatan per emiten tahun ini.
Aktivitas konstruksi di proyek jalan tol Semarang-Demak, proyek jalan tol yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT PP (Persero) Tbk./Instagram @tol_semarang_demak
Aktivitas konstruksi di proyek jalan tol Semarang-Demak, proyek jalan tol yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT PP (Persero) Tbk./Instagram @tol_semarang_demak

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor infrastruktur dan konstruksi di Indonesia masih dipandang positif oleh J.P. Morgan Sekuritas Indonesia.

Namun, broker asal Amerika Serikat ini tetap selektif memilih saham dari sektor infrastruktur dan konstruksi, utamanya penilaian dilihat dari kekuatan neraca keuangan dan prospek pendapatan per emiten tahun ini.

Kepala Riset dan Strategi Indonesia J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo dan tim menyebutkan bahwa anggaran pemerintah masih akan bias untuk mendanai program stimulus Covid-19 pada 2021, khususnya untuk penyediaan alat kesehatan dan vaksinasi.

“Akan tetapi, [anggaran juga mulai] dinaikkan perlahan untuk infrastruktur seiring dengan perekonomian kembali dibuka,” tulis Henry dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Minggu (30/5/2021).

J.P. Morgan Sekuritas Indonesia juga menilai keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) akan membantu perbaikan tren pendanaan proyek infrastruktur pascapandemi. Hal ini pun bakal berdampak positif untuk penjualan semen, pendanaan jalan tol, hingga order book proyek konstruksi dalam jangka menengah ke panjang.

Dari kelompok saham konstruksi, J.P. Morgan Sekuritas Indonesia menaikkan rekomendasi untuk saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menjadi netral. Adapun target harga WIKA ditetapkan Rp1.600 dan PTPP sebesar Rp1.400.

“Kami yakin tekanan lebih terbatas untuk WIKA dan PTPP ditopang oleh backlog proyek yang kuat di 10 proyek terbesar masing-masing perseroan serta ketergantungan yang rendah dari perolehan kontrak baru untuk mendongkrak pendapatan,” tulis Henry.

Posisi backlog proyek dan ketergantungan yang rendah terhadap kontrak baru dinilai dapat menjadi katalis untuk mempercepat pemulihan pendapatan WIKA dan PTPP tahun ini.

Rekomendasi netral diberikan mengingat masih ada kekhawatiran terkait return on equity (ROE) dari WIKA dan PTPP untuk jangka panjang.

Sementara saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tetap diberi rekomendasi underweight dengan target harga Rp850.

WSKT dinilai masih akan kesulitan untuk keluar dari kerugian setidaknya hingga 2022, walaupun perseroan mampu mendivestasikan 8 aset jalan tolnya tahun ini.

J.P. Morgan memperkirakan beban bunga akan turun signifikan bagi WSKT pada 2022. Dengan asumsi divestasi aset jalan tol rampung pada paruh kedua tahun ini, Waskita Karya dinilai masih akan mencatatkan kerugian pada 2021.

Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menurunkan rekomendasi saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menjadi hold dari sebelumnya trading buy tanpa mengubah target harga Rp1.250.

Rekomendasi itu diberikan setelah terjadi kenaikan harga saham ADHI baru-baru ini dan mencapai target harga yang ditetapkan oleh Mirae Asset Sekuritas.

Melihat pendapatan dan laba bersih ADHI yang tak mencapai target yang diperkirakan pada kuartal pertama tahun ini, Joshua pun masih mempertahankan target-target keuangan untuk Adhi Karya.

“Selama lima tahun terakhir, pendapatan kuartalan ADHI dan laba bersih selalu meningkat pada kuartal IV. Pendapatan kuartal keempat rata-rata bergerak pada kisaran 35 persen - 40 persen [dari total pendapatan] dan laba bersih rata-rata 50 persen - 60 persen [dari total laba],” tulis Joshua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper