Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO Anak Usaha, Krakatau Steel Tak Gentar Hadapi Fluktuasi Pasar

Dua anak usaha KRAS yang paling potensial untuk IPO pada tahun ini adalah PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS).
 Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kiri) berjalan bersama Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020). / ANTARA - Indrianto Eko Suwarso
Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kiri) berjalan bersama Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020). / ANTARA - Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menilai fluktuasi pasar modal saat ini tidak akan mengubah rencana perseroan melakukan penawaran umum perdana saham anak-anak usahanya.

Direktur Utama Krakatau Steel menuturkan rencana pelaksanaan initial public offering (IPO) tetap akan berjalan sebagaimana yang direncanakan.

"Fluktuasi di pasar modal itu biasa. Kami tidak ada perubahan rencana," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (30/5/2021).

Emiten bersandi KRAS ini menjelaskan dua anak usaha yang paling potensial untuk IPO yakni PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS). Dua anak usaha KRAS tersebut yang berpotensi lebih dulu go public.

“Kami sempat ada diskusi sangat singkat dan belum mengerucut dengan Kementerian BUMN, arahnya mungkin KTI duluan yang sudah sangat siap, KBS juga siap, tetapi KTI lebih menarik, karena profitabilitas yang sangat baik,” ujarnya.

Untuk diketahui, PT KTI adalah anak usaha yang bergerak di bidang distributor dan pengelolaan air yang memiliki kontribusi profit terbesar terhadap perseroan, yaitu 32 persen.

Sementara itu, PT KBS merupakan salah satu entitas usaha yang juga memberikan kontribusi penghasilan cukup besar lainnya, yang bergerak di bidang jasa pengelolaan pelabuhan.

Silmy menjelaskan saat ini masih terdapat proses akuisisi internal dari PT KBS sebagai salah satu upaya persiapan IPO sehingga perseroan lebih mendorong KTI untuk IPO pada tahun ini. Namun, tidak menutup kemungkinan PT KBS juga dapat melakukan IPO pada 2021.

"Karena situasi pasar saat ini, jadi kami tidak membabi buta untuk IPO semuanya, mungkin tahun ini kami bisa bilih 1-2 yang di-IPO-kan,” papar Silmy.

KRAS juga baru-baru ini menambah penyertaan modal pada PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI) sebesar Rp798 miliar. Artinya total penyertaan modal Krakatau Steel pada PT KTI menjadi Rp818 miliar.

Silmy mengatakan penambahan modal ini dipersiapkan untuk memperkuat struktur permodalan PT KTI dalam rangka pengembangan usaha ke depan dan persiapan IPO.

"PT KTI sedang melakukan beberapa inisiatif pengembangan bisnis di antaranya menyiapkan pasokan air bersih berkapasitas 400 liter per detik untuk rencana pembangunan pabrik baru PT Lotte Chemical Indonesia PT (PT LCI) dan memasok air bersih kapasitas 1.000 liter per detik untuk PT Chandra Asri Petrochemical," ungkapnya.

Krakatau Steel selalu mendorong anak perusahaan untuk mengembangkan usahanya di seluruh Indonesia. Saat ini PT KTI sedang mengerjakan berbagai proyek termasuk pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Gresik yang bekerja sama dengan PT PP untuk menyuplai kebutuhan PDAM Gresik berkapasitas 1.000 liter per detik.  

Proyek lainnya, yakni PT KTI bekerja sama dengan PT Adhi Karya membangun SPAM di Kendari yang rencananya akan selesai pada akhir 2021. PT KTI juga sedang membidik proyek penyediaan air untuk PT Amman Mineral di Sumbawa dan pengelolaan air minum di Batam.  

"Krakatau Steel sebagai induk dari PT KTI selalu mendukung usaha anak perusahaan untuk berkembang sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kinerja Krakatau Steel secara konsolidasi," jelasnya.  

Pada 2020, PT KTI mencatat keuntungan bersih sebesar Rp174,3 miliar meningkat dari 2019 yang sebesar Rp153,5 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian tahun 2020 emiten berkode saham KRAS tersebut membalik kerugian di tahun 2019 sebesar US$505,39 juta menjadi laba sebesar US$22,64 juta.

Namun, emiten tersebut justru membukukan penurunan pendapatan bersih sebesar 4,93 persen dari US$1,42 miliar pada 2019 menjadi US$1,35 miliar atau setara Rp19,44 triliun pada 2020.

Efisiensi pada emiten tersebut menjadikan perseroan mampu menurunkan biaya operasional sebesar 41 persen di tahun 2020, dari Rp4,8 triliun pada 2019 menjadi Rp2,8 triliun.

Selain itu, dalam rilis resmi disebutkan juga terdapat penurunan biaya energi sebesar 46 persen menjadi Rp295 miliar, penurunan biaya utilitas sebesar 27 persen menjadi Rp564 miliar, serta penurunan pada biaya consumable dan sparepart masing-masing 61 persen menjadi Rp230 miliar dan 59 persen menjadi Rp65 miliar.

Lebih lanjut, Silmy mengatakan perseroan menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 43 persen pada tahun ini 2021, yaitu mencapai Rp28 triliun karena semakin membaiknya kinerja perseroan di tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper