Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Ditutup Menguat

Salah satu faktor penguatan rupiah adalah putusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup di zona hijau pada Selasa (25/5/2021) seiring dengan putusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (25/5/2021), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 27 poin atau 0,19 persen ke level Rp14.327 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,25 poin atau 0,28 persen ke level 89,594.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menyebutkan, salah satu faktor penguatan rupiah adalah putusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen. Satu hal yang menjadi pertimbangan BI adalah stabilitas nilai tukar rupiah.

Perry Warjiyo, Gubernur BI menuturkan, keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Sebagai stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonomi dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), BI tidak hanya menurunkan suku bunga acuan. Giro Wajib Minimum (GWM) juga dipangkas agar perbankan memiliki likuiditas yang lebih untuk menyalurkan kredit.

Sementara itu, sentimen lain yang mempengaruhi laju rupiah adalah rencana pemerintah untuk melakukan tax amnesty dan meningkatkan tarif pajak penghasilan (PPh) orang pribadi hingga 35 persen.

“Hal ini sesuai dengan rencana reformasi perpajakan yang akan dilakukan pemerintah. Struktur tarif PPh ini juga nantinya menjadi lima lapisan, dimana wajib pajak (WP) dengan penghasilan Rp 5 miliar ke atas akan terkena tarif 35 persen,” jelas Ibrahim.

Reformasi perpajakan tersebut juga dilakukan seiring dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Hingga akhir April 2021, defisit anggaran tercatat sebesar Rp138,1 triliun, setara dengan 0,83 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit anggaran tersebut disebabkan oleh penerimaan negara yang lebih rendah dibanding belanja negara. Tercatat penerimaan negara sebesar Rp585 triliun atau 33,5 persen dari pagu Rp1.743,6 triliun. Sementara belanja negara mencapai Rp723 triliun atau 26,3 persen dari pagu Rp2.750 triliun.

Sementara itu, dari luar negeri, nilai dolar AS turun pada Selasa pagi di Asia seiring dengan komentar dari pejabat Federal Reserve AS yang meredakan kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi yang tak terkendali.

Pejabat Federal Reserve AS, termasuk Gubernur Lael Brainard, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, dan Presiden Fed St.Louis James Bullard, bersikeras bahwa setiap inflasi bersifat sementara.

Sementara itu, indeks Aktivitas Nasional Fed Chicago AS, yang dirilis pada hari Senin, terpantau 0,24 lebih rendah dari perkiraan pada bulan April. Hal ini meredakan kekhawatiran investor tentang perubahan kebijakan moneter dovish Fed.

Untuk perdagangan Kamis (27/5/2021) mendatang, mata uang rupiah diprediksi dibuka fluktuatif, tetapi ditutup menguat pada rentang Rp14.300 - Rp14.360 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper