Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda (GIAA) Pangkas 50 Persen Armada, Ini Dampaknya Menurut Analis

Langkah manajemen Garuda Indonesia untuk memangkas jumlah armada operasional wajar dilakukan ditengah masa pandemi seperti saat ini.
Garuda Indonesia/istimewa
Garuda Indonesia/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) untuk mengurangi jumlah armada dinilai belum akan menimbulkan efek signifikan pada kinerja keuangan meski dapat mengurangi beban operasional yang tidak perlu.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada memaparkan, kinerja emiten di bidang penerbangan sedikit banyak dipengaruhi oleh jumlah penumpang serta frekuensi penerbangan yang dilakukan oleh sebuah maskapai.

Masa pandemi virus corona yang masih berlangsung memang berdampak negatif bagi sejumlah sektor seperti penerbangan.

Hal tersebut juga dirasakan oleh Garuda Indonesia. Reza menuturkan, mobilitas masyarakat yang rendah di masa pandemi serta penutupan tempat-tempat wisata berdampak signifikan terhadap kinerja emiten penerbangan pelat merah tersebut.

“Langkah manajemen GIAA untuk memangkas jumlah armada operasional wajar dilakukan ditengah masa pandemi seperti saat ini,” katanya saat dihubungi, Minggu (23/5/2021).

Reza menerangkan, hal ini dinilai merupakan program lanjutan GIAA untuk menekan biaya setelah menawarkan program pensiun dini kepada sejumlah karyawan. Menurutnya, dengan minimnya penerbangan dan penumpang yang didapat, penggunaan armada secara penuh hanya akan membebani keuangan perusahaan.

“Dampaknya akan langsung terlihat dari beban operasional mereka yang menurun,” katanya.

Selain itu, pihak Garuda Indonesia juga dapat menekan biaya-biaya terkait lainnya seperti sewa pesawat dan biaya bahan bakar.

Meski demikian, Reza mengatakan, upaya-upaya ini belum tentu akan menimbulkan dampak langsung terhadap perbaikan penerimaan perusahaan. Hal ini masih amat bergantung dengan pemulihan ekonomi yang terjadi sepanjang tahun ini.

Menurutnya, pemulihan GIAA dan sektor penerbangan secara umum akan bergantung pada seberapa besar pemulihan terhadap mobilitas masyarakat. Selain itu, program pemerintah yang membuka sejumlah tempat-tempat wisata juga dapat menjadi katalis positif bagi pemulihan GIAA.

Ia menambahkan, guna memaksimalkan penerimaan, GIAA sebaiknya memaksimalkan pendapatan dari bisnis-bisnis yang sudah ada. Menurutnya, beragam bidang usaha yang ditekuni GIAA pada logistik, kargo, dan penyedia jasa catering dapat dijadikan motor penerimaan selama kegiatan operasional penerbangan penumpang masih dibatasi.

Garuda juga bisa menjalin kerja sama dengan startup travel seperti Traveloka atau Tiket.com dengan membuat promo-promo tertentu untuk menarik minat masyarakat,” ujarnya.

Adapun, untuk rekomendasi saham, Reza masih menyematkan rating hold untuk GIAA. Ia menjelaskan, saat ini harga saham GIAA masih berada di area konsolidasi seiring dengan sikap investor yang masih memantau perkembangan efektivitas rencana restrukturisasi.

“Level Rp316 ini masih di fase konsolidasi, bila dihubungkan dengan katalis yang ada. Saya cenderung merekomendasikan untuk tidak masuk dulu ke GIAA,” katanya.

Pada penutupan perdagangan Jumat (21/5/2021), saham GIAA turun 1,25 persen atau 4 poin menjadi Rp316. Kapitalisasi pasarnya Rp8,81 triliun, dengan valuasi PER minus -0,38 kali.

Selain itu, pasar juga masih memantau prospek pemulihan sektor penerbangan dan sektor-sektor terkait sepanjang tahun ini. Menurutnya, perkembangan terbaru terkait efektivitas restrukturisasi yang dilakukan GIAA dapat menjadi momentum kenaikan harga saham di kisaran Rp322 hingga Rp340.

Sebaliknya, apabila restrukturisasi tersebut tidak menimbulkan dampak yang diharapkan dari sisi kinerja keuangan, Reza memprediksi harga saham GIAA dapat kembali terkoreksi hingga ke level Rp280 – Rp285.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper