Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Wanti-wanti Risiko Kripto, Beri Sinyal Regulasi Besar

The Fed menilai mata uang kripto seperti Bitcoin Cs menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Federal Reserve Amerika Serikat Jerome Powell menggarisbawahi beberapa risiko yang mungkin munculnya di tengah tren mata uang kripto pada Kamis (20/5/2021) waktu setempat.

Dilansir dari Antara Jumat (21/5/2021), Powell mengatakan mata uang kripto seperti Bitcoin Cs menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan. Menurutnya, regulasi yang lebih besar untuk mata uang elektronik yang semakin populer itu mungkin diperlukan.

Di lain pihak, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) menandai kekhawatirannya bahwa orang kaya dapat menggunakan sektor yang sebagian besar tidak diatur itu untuk menghindari pajak dan mengatakan ingin transfer aset kripto yang besar dilaporkan ke pihak berwenang.

Pengumuman back-to-back datang dalam seminggu ketika Bitcoin, mata uang kripto paling populer, berjalan liar, jatuh sebanyak 30 persen pada Rabu (19/5/2021).

Bitcoin tersungkur setelah China mengumumkan pembatasan baru di sektor ini dengan menggarisbawahi volatilitasnya.

Powell menggarisbawahi risiko mata uang kripto dalam pesan video yang tidak biasa yang juga menjabarkan jadwal yang lebih jelas saat Fed mengeksplorasi kemungkinan mengadopsi mata uang digitalnya sendiri.

Komentar Powell mengisyaratkan betapa seriusnya Fed telah dipaksa untuk memperhitungkan lonjakan popularitas dan nilai pasar dari opsi mata uang nontradisional seperti Bitcoin, terutama yang terlihat pada pengembangan versi digital dari dolar AS, mata uang cadangan dunia.

The Fed dan Departemen Keuangan menganggap mata uang kripto, yang sekarang memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$2 triliun lebih seperti seni, emas, atau aset-set yang sangat spekulatif lainnya.

Namun mata uang digital bank sentral menawarkan kepada siapapun pemegangnya klaim langsung kepada bank sentral. Hal itu persis seperti yang dilakukan memegang uang kertas dolar sekarang.

Powell mengatakan Fed akan merilis makalah diskusi musim panas ini tentang pembayaran digital, dengan fokus pada manfaat dan risiko pembentukan mata uang digital bank sentral dan juga akan meminta komentar publik.

“Sampai saat ini, mata uang kripto belum berfungsi sebagai cara yang nyaman untuk melakukan pembayaran mengingat di antara faktor-faktor lain serta perubahan nilainya,” jelas Powell dilansir dari Antara.

Kala The Fed dan beberapa negara maju lainnya masih melakukan penelitian tentang seperti apa mata uang digital bank sentral itu, China bergerak maju dengan cepat dan mengujicobakan versi digital yuan, dengan rencana untuk meningkatkan penggunaan sebelum Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.

Powell mengatakan bulan lalu bahwa Fed tidak akan terburu-buru dalam menanggapi langkah China yang lebih agresif. Dia mencatat bahwa pendekatan yang diambil di sana tidak akan berhasil di Amerika Serikat.

"Jauh lebih penting untuk melakukannya dengan benar daripada melakukannya dengan cepat," kata Powell.

Fed Boston saat ini bekerja dengan Massachusetts Institute of Technology untuk meneliti teknologi yang dapat digunakan untuk mata uang digital bank sentral dan akan merilis temuan tersebut pada kuartal ketiga.

Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) Gary Gensler mengatakan ingin melihat lebih banyak peraturan seputar bursa mata uang kripto, termasuk yang hanya memperdagangkan Bitcoin dan saat ini tidak harus mendaftar dengan agensinya.

"Ini cukup fluktuatif, bisa dikatakan sangat tidak stabil, kelas aset, dan publik yang berinvestasi akan mendapatkan keuntungan dari lebih banyak perlindungan investor di bursa kripto," katanya pada konferensi tahunan Otoritas Pengaturan Industri Keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper