Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tergelincir Gara-Gara Lonjakan Kasus Covid-19 di Asia

Penurunan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di Asia akan mengurangi permintaan.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Rabu (19/5/2021) ke tingkat terendah dalam tiga minggu terakhir.

Penurunan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di Asia akan mengurangi permintaan. Selain itu, pasar juga khawatir inflasi AS mendorong Federal Reserve memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan suku bunga.

Dilansir Antara, Kamis (20/5/2021) minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir US$2,05 atau 3,0 persen, menjadi US$66,66 per barel. 

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni terpangkas US$2,13 atau 3,3 persen, menjadi US$63,36 per barel. Harga tersebut menjadi penutupan terendah untuk kedua kontrak acuan sejak 27 April.

Rumor bahwa pembicaraan nuklir Iran membuat kemajuan, juga dinilai dapat meningkatkan pasokan minyak mentah global dan menekan harga.

Pada Selasa (18/5/2021), Brent naik ke level tertinggi 10 minggu di atas US$70 per barel dalam perdagangan intraday di tengah optimisme permintaan minyak akan melonjak dengan dibukanya kembali ekonomi AS dan Eropa.

Namun, Brent kembali mundur di tengah kekhawatiran perlambatan permintaan bahan bakar di Asia, di mana melonjaknya kasus Covid-19 mendorong pembatasan baru di India, Taiwan, Vietnam dan Thailand.

"Gambaran permintaan global mungkin yang paling terpecah sejak dimulainya pandemi, dengan gambaran permintaan yang membaik di Barat versus prospek yang memburuk di Asia," kata Sophie Griffiths, Analis Pasar OANDA.

Analis mengatakan Iran dapat menyediakan sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph) tambahan pasokan minyak jika kesepakatan tercapai.

Spekulasi bahwa Fed mungkin menaikkan suku bunga membebani prospek pertumbuhan ekonomi dan mendorong investor untuk mengurangi eksposur terhadap minyak dan komoditas-komoditas lainnya, bitcoin dan mata uang kripto lainnya, serta saham.

Sejumlah pejabat the Fed tampaknya siap untuk mulai mempertimbangkan perubahan kebijakan moneter berdasarkan kemajuan pesat lanjutan dalam pemulihan ekonomi, menurut hasil pertemuan bank sentral AS pada April. 

Sementara itu, dolar AS menguat terhadap beberapa mata uang sehari setelah ditutup pada level terendah sejak Januari. Dolar yang lebih kuat dapat membebani harga minyak karena membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga minyak turun meskipun data AS menunjukkan persediaan minyak mentah 1,3 juta barel lebih kecil dari perkiraan, penurunan stok bensin 2,0 juta barel lebih besar dari perkiraan dan peningkatan penggunaan bensin 5,0 persen ke tingkat sebelum pandemi.

Permintaan bensin AS melonjak menjadi 9,2 juta barel per hari pekan lalu, tertinggi sejak Maret 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper