Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Teknologi Lagi Ngetren, Hati-hati Pilih Sahamnya!

Sektor teknologi masih memiliki ruang yang cukup luas untuk berkembang di Indonesia. Sayangnya, harga-harga sahamnya telah terbang terlebih dahulu akibat sentimen daripada fundamental perusahaan.
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Ruang pertumbuhan indeks sektoral teknologi IDX-IC Technology semakin terbuka lebar dengan rencana masuknya bisnis rintisan unicorn dan decacorn teknologi ke lantai bursa.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai dengan torehan rasio ytd hingga 191 persen, menjadikannya indeks yang paling tinggi kenaikannya dibandingkan dengan indeks lainnya.

"Indeks teknologi ini sebenarnya telah terangkat tinggi semenjak bulan Januari kemarin. Sentimen utama tentu dirasa bahwa sektor teknologi dan penunjangnya merupakan bisnis yang sangat relevan terutama di tahun-tahun pandemi Covid-19 ini," urainya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021).

Apalagi berkaca dari bursa Amerika Serikat (AS) yang ditopang oleh saham-saham sektor teknologi, sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan sektor teknologi dapat menjadi salah satu emiten paling dicari di bursa.

Hal ini yang membuat saham-saham teknologi banyak diburu dari awal tahun ini. Apalagi ditambah lagi dengan wacana OJK yang akan mengeluarkan aturan soal perbankan digital.

"Jadi emiten-emiten pengembang baik platform digital, fintech, penyedia data storage dan jaringan, saham-sahamnya terbang tinggi," urainya.

Ambil contoh di antara para konstituennya, harga saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) sebagai emiten penyedia data center naik paling signifikan hingga 1.995,24 persen ke harga 11.000 hingga penutupan perdagangan Selasa (18/5/2021). Disusul PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (KIOS) yang naik 568,92 persen ke level 990.

Di sisi lain, ada GoTo sebagai grup usaha baru antara Tokopedia dan Gojek, jika wacananya yang dikabarkan akan di IPO dan masuk ke bursa, kemungkinan besar juga bakal mendongkrak indeks sektor teknologi ini.

"Namun hal ini memang belum jelas disampaikan oleh manajemen. Grup usaha baru ini diperkirakan bakal meraup pendapatan setidaknya dari tiga pilar utama," katanya.

Ketiga pilar utama tersebut yaitu e-commerce sebagai lini bisnis jual beli yang kemungkinan bakal difokuskan pada Tokopedia, lalu ada on-demand sebagai lini bisnis jasa kurir yang ditangani oleh Gojek nantinya, dan juga finansial yang dipegang oleh GoTo Financial.

Selain itu, dengan perpaduan database pelanggan antara Tokopedia dan Gojek, bisa saja GoTo dapat meraup market share terbesar di Indonesia nantinya.

Gojek memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$10 miliar atau berkisar Rp140 triliun, jumlah ini setara posisi kesembilan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Sementara itu, Tokopedia memiliki kapitalisasi pasar US$7 miliar atau setara Rp98 triliun, nilai ini setara posisi 12 dalam kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Penggabungan keduanya dapat menjadikan kapitalisasi pasar setara Rp238 triliun. Besaran ini setara dengan posisi ketujuh kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di atas PT H.M Sampoerna Tbk. (HMSP).

Frankie menilai proyeksi sektor teknologi ini, memang masih memiliki ruang yang cukup luas untuk berkembang di Indonesia. Sayangnya, harga-harga sahamnya telah terbang terlebih dahulu akibat sentimen daripada fundamental perusahaan.

"Jadi yang berbau teknologi saat ini memang banyak diincar, apalagi bagi investor retail yang baru masuk bursa," katanya.

Hal yang perlu diperhatikan juga banyak sekali perusahaan, baik yang sudah melantai di bursa dan yang belum, telah masuk di ranah teknologi di Indonesia.

Hal ini juga membuat para pelaku sektor teknologi bakal berbagi segmen dan pasar di Indonesia, sehingga proyeksi peningkatan kinerjanya bisa jadi tidak sesuai ekspektasi.

"Dengan kenaikan harga saham, belum tentu bakal diikuti oleh kenaikan kinerja yang signifikan oleh perusahaan teknologi lainnya," katanya.

Di sektor teknologi ini, Frankie masih merekomendasikan bisa melirik saham PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL), karena diversifikasi bisnisnya, juga perusahaan memiliki kinerja yang sangat stabil.

"MTDL juga sudah mulai mengembangkan software penunjang banyak sektor usaha, dan telah memiliki banyak pelanggan dari perusahan-perusahan besar di Indonesia, dimana untuk perangkat kerasnya MTDL menjual banyak varian dari pabrikan top brand dunia," katanya.

Selain itu, harga saham MTDL belum naik signifikan yang bisa dijadikan peluang untuk mengoleksi saham ini. Secara tahun berjalan (ytd) harga saham MTDL baru naik 7,59 persen dengan kapitalisasi pasar Rp4,17 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper