Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jalur Pipa AS Kembali Beroperasi, Begini Nasib Harga Minyak

Salah satu katalis penurunan harga adalah kembali beroperasinya jalur pipa Colonial setelah serangan siber pada Jumat pekan lalu.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terkoreksi setelah menguat selama empat hari beruntun seiring dengan kembali beroperasinya jalur-jalur pipa di Amerika Serikat.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (13/5/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat terpantau turun 0,6 persen pada US$65,70 per barel. Sementara itu, minyak jenis Brent kontrak Juni 2021 terpantau turun 0,6 persen pada posisi US$68,91 per barel setelah sempat menguji US$70 per barel.

Salah satu katalis penurunan harga adalah kembali beroperasinya jalur pipa Colonial setelah serangan siber pada Jumat pekan lalu. Jalur pipa tersebut menjadi sumber utama distribusi bahan bakar minyak di wilayah Pantai Timur AS.

Kembali beroperasinya jalur pipa ini juga akan mengurangi kekhawatiran masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor setelah aksi pembelian besar-besaran yang menghabiskan persediaan sejumlah stasiun pengisian bahan bakar.

Data dari Pemerintah AS menunjukkan jumlah cadangan minyak mentah domestik turun ke level terendahnya sejak Februari pada pekan lalu, yang semakin memperkuat tanda-tanda terjadinya rebalancing di pasar global.

Sementara itu, pada Rabu kemarin, International Energy Agency (IEA) mengatakan konsumsi minyak dunia saat ini telah menghabiskan sebagian besar surplus pasokan yang sempat menumpuk pada masa awal pandemic virus corona.

Adapun, harga minyak mengikuti tren positif komoditas lainnya seiring dengan keyakinan investor terhadap pemulihan ekonomi global yang akan meningkatkan konsumsi energi. Selain itu, proses vaksinasi di AS, Eropa, dan China berimbas pada berkurangnya kebijakan pembatasan social, yang memicu pemulihan mobilitas.

Meski demikian, lonjakan penyebaran virus corona di sejumlah wilayah AS, termasuk India, membuat outlook global minyak rumit.

Seiring dengan perbaikan konsumsi minyak, kenaikan harga, dan penurunan persediaan, Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya atau OPEC+ telah berhati-hati dalam mengurangi kuota produksi yang dikeluarkan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper