Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Keok, Koreksi S&P 500 Terparah Sejak Februari

Inflasi AS naik lebih tinggi dari perkiraan sehingga menambah kekhawatiran bahwa tekanan harga akan menahan pemulihan ekonomi.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat melanjutkan pelemahan setelah sebuah laporan menunjukkan inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan.

Pada akhir sesi Rabu (12/5/2021), Indeks Dow Jones turun 1,99 persen menjadi 33.587,660, Indeks S&P 500 koreksi 2,14 persen ke 4.063,040, Indeks Nasdaq turun 2,67 persen menuju 13.031,680.

Dilansir dari Bloomberg, Indeks S&P 500 merosot terparah sejak Februari 2021. Sementara itu, imbal hasil obligasi melonjak setelah sebuah laporan menunjukkan inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan sehingga menambah kekhawatiran bahwa tekanan harga akan menahan pemulihan ekonomi.

Saham-saham teknologi memimpin penurunan pasar saham Amerika Serikat (AS). Apple dan Microsoft keok 2,6 persen di Nasdaa 100. Cathie Wood’s ARK Innovation ETF melanjutkan penurunan sehingga telah mencetak kerugian 18 persen tahun ini.

Sektor energi menjadi satu-satunya dari 11 sektor industri yang mampu parkir di zona hijau. Yieald US Treasury melonjak terbesar sejak Maret 2021.

“Pasar telah melambung tinggi dan pembukaan kembali pasar telah diperhitungkan,” ujar Managing Director of Investment Strategy E*Trade Financial Mike Loewengart dilansir dari Bloomberg, Rabu (13/5/2021).

Mike menambahkan bahwa tidak mustahil bahwa data inflasi yang terlalu tinggi akan membawa pergerakan pasar kembali ke level normal.

Saham Eropa ditutup sebagian besar lebih tinggi, terangkat oleh optimisme tentang pembukaan kembali ekonomi dan komoditas yang booming.

Tembaga dan bijih besi berada di jalur untuk rekor baru di tengah ledakan komoditas yang meluas. Minyak stabil di atas US$65 per barel.

Pipa terbesar AS masih ditutup setelah serangan siber yang menyebabkan kekurangan bahan bakar akut di beberapa bagian negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper