Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Lampaui Perkiraan, Wall Street Merosot

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,56 persen ke level 34.078,06 pada awal perdagangan, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,75 persen ke 4.120,87 dan Nasdaq Composite melemah 1,29 persen ke 13.214,21.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot untuk hari ketiga berturut-turut setelah data inflasi naik lebihdari perkiraan. Hal ini menambah kekhawatiran bahwa tekanan harga akan menahan pemulihan di ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,56 persen ke level 34.078,06 pada awal perdagangan, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,75 persen ke 4.120,87 dan Nasdaq Composite melemah 1,29 persen ke 13.214,21.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,8 persen pada April dari bulan sebelumnya. CPI ditopang rekor kenaikan harga mobil bekas karena permintaan yang meningkat.

Sementara itu, CPI inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik 0,9 persen dibandingkan bulan Maret. Lonjakan CPI inti ini terbesar sejak 1982.

Median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan CPI naik 0,2 persen, sedangkan CPI inti meningkat 0,3 persen. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun menjadi 1,647 persen mengikuti data tersebut.

Sementara itu, secara tahunan, CPI melonjak menjadi 4,2 persen yoy, terdistorsi oleh perbandingan dengan indeks yang tertekan pandemi pada April 2020.

Direktur penelitian FBB Capital Partners Mike Bailey mengatakan data CPI memicu narasi bahwa ekonomi AS terlalu panas dan Fed akan melakukan pengetatan dalam waktu dekat.

"Kubu bearish akan berpesta dengan tema pengetatan ini dalam jangka pendek, tapi menurut saya inflasi akan terbukti cepat dan pasar akan kembali ke pandangan yang lebih bullish,” ujar Bailey, seperti dikutip Bloomberg

Bailey melanjutkan, pandangan pertumbuhan moderat dan risiko pengetatan The Fed yang lebih rendah akan ada sampai ekonomi AS mencapai pemulihan penuh.

Meskipun pejabat dan ekonom Federal Reserve mengakui adanya peningkatan sementara, belum jelas apakah kenaikan tekanan inflasi akan berlangsung lama, di tengah melonjaknya harga komoditas, stimulus ekonomi pemerintah, dan tanda-tanda biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan harga yang dipicu rebound pengeluaran dan terbatasnya pasokan hanya akan berdampak sementara pada inflasi, tetapi banyak yang tidak setuju.

Ekspektasi pasar obligasi untuk laju inflasi harga konsumen selama lima tahun ke depan melonjak awal pekan ini ke level tertinggi sejak 2006.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper