Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alfamart Kantongi Restu Rights Issue untuk Ekspansi Digital

Permintaan izin rights issue yang lebih cepat adalah upaya perseroan untuk menangkap peluang di tengah-tengah cepatnya perkembangan ekosistem teknologi digital.
TANGERANG - Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Peter Suryadi, Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Tomin Widian, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. A. Hans Prawira, dan Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Solihin memaparkan kinerja perusahaan pada 2020 dan rencana bisnis 2021 dalam parparan publik di Alfa Tower, Alam Sutera, Kamis (6/5/2021)./Bisnis-Dwi Nicken Tari
TANGERANG - Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Peter Suryadi, Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Tomin Widian, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. A. Hans Prawira, dan Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Solihin memaparkan kinerja perusahaan pada 2020 dan rencana bisnis 2021 dalam parparan publik di Alfa Tower, Alam Sutera, Kamis (6/5/2021)./Bisnis-Dwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten peritel eceran PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). mengantongi restu para pemegang saham untuk melakukan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Lantaran proses aksi korporasi itu masih tahap awal, manajemen emiten dengan kode saham AMRT menyebut belum dapat mengungkap nilai emisi maupun perincian penggunaan dana.

Sebelumnya, manajemen pengelola Alfamart ini menyebut dana dari aksi korporasi tersebut akan digunakan untuk investasi ke perusahaan teknologi dalam rangka mendukung kegiatan usaha utama dan/atau belanja modal untuk pengembangan kegiatan usaha baru.

Presiden Direktur Sumber Alfaria A. Hans Prawira mengatakan perseroan melihat bisnis peritel ke depannya tidak akan lepas dari perkembangan teknologi, khususnya digital.

“Melihat itu kami terus eksplorasi, kami bisa bekerjasama dengan perusahaan berbasis teknologi yang bisa bersinergi dengan Alfamart,” kata Hans dalam paparan publik, Kamis (6/5/2021).

Hans pun menegaskan bahwa rencana tersebut bukan untuk mengubah haluan bisnis perseroan di bidang peritel. Kerjasama dengan perusahaan berbasis teknologi disebutnya dalam rangka memperkuat bisnis perseroan saat ini dan bukan untuk diversifikasi usaha.

Mengenai desas-desus AMRT akan mengalirkan investasi tersebut ke Bank Aladin, Hans mengatakan perseroan memang akan bersinergi atau bermitra bisnis dengan bank digital tersebut seperti halnya kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain.

“Tapi apakah kami akan investasi dan penyertaan modal, kami masih tahap penjajakan eksplorasi melihat peluang perusahaan apa yang strategis dengan kami. Ya betul kami ada kemitraan bisnis dengan Bank Aladin, tapi tolong jangan diartikan kami penyertaan modal ya,” jelas Hans.

Adapun, kemitraan dengan Bank Aladin itu disebut masih dalam tahap diskusi. Hans membeberkan ada banyak hal yang dapat dikerjasamakan oleh perseroan dengan Bank Aladin maupun perusahaan fintek lain dari segi pembayaran maupun pendanaan (lending and funding).

Lebih lanjut, Bank Aladin diajak untuk bekerjasama juga didukung oleh posisi Bank Aladin sebagai bank syariah yang disebut Hans cukup relevan dengan basis pelanggan Alfamart.

“Kedua, [alasan memilih Bank Aladin adalah] kita bicara bank digital. Sekarang banyak bank yang mengarah ke sana. Kami percaya pergerakannya ke sana. Dan Alfamart punya ekosistem,” tutur Hans.

Selain dari informasi yang sudah disampaikan, Hans menegaskan saat ini belum ada informasi lain yang dapat diberikan terkait dengan penyertaan modal di perusahaan mana pun maupun terkait rights issue.

Setelah mendapatkan restu pemegang saham untuk rights issue hari ini, Kamis (6/5/2021), perseroan memiliki waktu 12 bulan untuk mengeksekusi aksi korproasi tersebut.

Permintaan restu rights issue yang lebih cepat dikatakan Hans merupakan upaya perseroan untuk menangkap peluang di tengah-tengah cepatnya perkembangan ekosistem teknologi digital.

“Saat ini masih terlalu awal untuk menyampaikan perusahaan apa [yang akan diinvestasikan]. Kami punya waktu 12 bulan sampai rights issue dilakukan,” ujar Hans.

Begitu pula mengenai ukuran emisi dan komitmen pemegang saham, AMRT menyebut belum dapat memberikan informasi lebih dari yang sudah disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, emiten dengan kode saham AMRT ini berencana menerbitkan HMETD sebanyak-banyaknya 5 juta saham dengan nominal Rp10.

Periode pelaksanaan HMETD disebut tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilakukan pada 6 Mei 2021.

“Pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan saham baru dalam penambahan modal dengan HMETD akan terdilusi sebesar maksimum 10,75 persen,” tulis manajemen AMRT, Selasa (4/5/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper