Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik Ditopang Prospek Permintaan Meski Kasus Covid-19 Melonjak

Rapat OPEC + menunjukkan mereka tidak melihat dampak jangka panjang terhadap permintaan minyak dari krisis virus Covid-19 di India.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (27/4/2021) atau Rabu pagi WIB, ketika OPEC, Rusia dan sekutunya setuju untuk tetap berpegang pada rencana sedikit meningkatkan produksi mulai 1 Mei.

Mengutip Antara, rapat OPEC + menunjukkan mereka tidak melihat dampak jangka panjang terhadap permintaan minyak dari krisis virus Covid-19 di India.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni bertambah 77 sen atau 1,2 persen, menjadi ditutup di 66,42 dolar AS per barel setelah mencapai tertinggi sesi di 66,51 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melonjak 1,03 dolar AS atau 1,7 persen menjadi menetap di 62,94 dolar AS per barel.

Harga minyak melepaskan beberapa keuntungan dalam perdagangan pasca penyelesaian setelah stok minyak mentah AS naik sekitar 4,32 juta barel pekan lalu, kata sumber, mengutip data dari American Petroleum Institute.

OPEC+, sebutan sebagai kelompok produsen, juga telah membatalkan rencana untuk mengadakan pertemuan tingkat menteri penuh pada Rabu, kata sumber. Sebuah pertemuan teknis pada Senin (26/4/2021) telah menyuarakan keprihatinan tentang lonjakan kasus COVID-19 tetapi tetap mempertahankan perkiraan permintaan minyaknya tidak berubah.

Panel memutuskan untuk tetap berpegang pada kebijakan yang disepakati secara luas pada pertemuan OPEC+ 1 April sebelumnya, kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak setelah pembicaraan.

OPEC+ menetapkan untuk sedikit mengurangi pengurangan produksi minyak mulai 1 Mei, di bawah rencana yang disepakati sebelum lonjakan virus corona di India.

India, importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia, telah mencatat kenaikan harian lebih dari 300.000 kasus selama beberapa hari. India juga telah melaporkan total hampir 200.000 kematian.

"Kemungkinan peningkatan produksi OPEC+ dapat saling silang dengan melemahnya permintaan minyak Asia menunjukkan kemungkinan berakhirnya pengurangan surplus pasokan minyak global yang telah mendukung kompleks tersebut selama setahun terakhir," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

Rekor pemotongan pasokan OPEC+ tahun lalu membantu mendorong pemulihan harga dari posisi terendah dalam sejarah. Sebagian besar pembatasan-pembatasan masih berlaku, bahkan setelah rencana untuk sedikit meningkatkan produksi mulai Mei.

“Dengan hanya sedikit peningkatan produksi di luar OPEC+, dan OPEC+ melakukan pendekatan yang hati-hati, kami memperkirakan pasar minyak akan kekurangan pasokan sebesar 1,5 juta barel per hari tahun ini dan memperkirakan Brent akan mencapai 75 dolar AS per barel pada paruh kedua tahun ini," analis GWM UBS, Giovanni Staunovo, mengatakan.

Dalam perkembangan lain yang pada akhirnya dapat menambah pasokan ke pasar, pembicaraan di Wina yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 akan dilanjutkan kembali pada Selasa waktu setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper