Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Rebound, Rupiah Dibuka Turun Tipis

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp14.490 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,13 persen ke level 90,9290.
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka terkoreksi pada perdagangan Selasa (27/4/2021) seiring dengan peningkatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp14.490 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,13 persen ke level 90,9290.

Adapun, pada Senin (26/4/2021) kemarin, rupiah ditutup menguat 0,28 persen atau 40 poin ke level Rp14.485. Sejak awal tahun, mata uang garuda melemah 3,10 persen.

Sebelumnya, Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz melihat penguatan rupiah lebih didorong oleh sentimen eksternal dan pelemahan indeks dolar AS.

“Seperti yang kita ketahui, Bank Sentral AS terus menekankan bahwa tapering belum akan dalam waktu dekat sehingga ekspektasi pasar juga mulai terjangkar,” kata Faiz kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).

Sementara itu, lanjut Faiz, data defisit fiskal di Negeri Paman Sam juga kian melebar karena belanja fiskal terus bergulir. Pada saat bersamaan, tekanan dari pergerakan yield US Treasury juga perlahan sudah mereda. Alhasil, indeks dolar AS mengalami pelemahan sebesar 0,12 persen menjadi 90.750 pada pukul 16.02 WIB.

Dari Benua Biru, Bank Sentral Eropa (ECB) juga masih berkomitmen untuk mempercepat stimulus moneternya. Beberapa sentimen global tersebut pun disebut Faiz telah memberikan dorongan positif untuk penguatan rupiah.

Kendati demikian, Faiz mengingatkan perbaikan impor dan periode pembayaran dividen oleh perusahaan multinasional masih membayangi pergerakan nilai tukar dalam waktu dekat. Prospek permintaan dolar AS yang tinggi akan menjadi pengganjal sehingga penguatan rupiah pada April-Mei ini masih terbatas.

“Mungkin pada akhir kuartal ini akan ada penguatan rupiah yang berarti. Sebelum semester dua nanti tekanan akan lebih besar datang dari perbaikan aktivitas impor dalam negeri dan kemungkinan kenaikan yield US Treasury,” kata Faiz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper