Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lesu Setelah Rilis Data Neraca Dagang, Investor Asing Pilih Saham TBIG dan ANTM

Pada pukul 11.30 WIB atau akhir sesi I, IHSG turun 0,21 persen atau 12,55 poin menjadi 6.037,73. Terpantau 204 saham menguat, 255 saham melemah, dan 166 saham stagnan.
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020). ANTARA - Reno Esnir
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020). ANTARA - Reno Esnir

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik lesu pada Kamis (15/4/2021) setelah rilis data neraca perdagangan.

Preopening, IHSG naik 0,12 persen atau 7,33 poin menjadi 6.057,61. Dari seluruh saham Indeks LQ45, sejumlah 16 saham menguat, 7 saham melemah, dan 21 saham stagnan.

Pada pukul 11.30 WIB atau akhir sesi I, IHSG turun 0,21 persen atau 12,55 poin menjadi 6.037,73. Terpantau 204 saham menguat, 255 saham melemah, dan 166 saham stagnan.

Investor asing cenderung masuk dengan net buy Rp27,68 miliar. Saham TBIG, ANTM, BBNI menjadi incaran utama dengan net buy masing-masing Rp45 miliar, Rp37,4 miliar, dan Rp35,8 miliar.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Dimas WP Pratama menyampaikan Wall Street kembali ditutup secara mixed pada perdagangan (14/05/2021), seiring dimulainya rilis laporan keuangan kuartal I/2021.

Beberapa bank besar seperti Goldman Sachs, JP Morgan, dan Wells Fargo melaporkan kinerja keuangan yang mengalahkan ekspektasi analis. Di sisi lain, koreksi terlihat mulai melanda saham-saham teknologi setelah mengalami reli kenaikan beberapa waktu terakhir.

Dari bursa domestik, kembalinya aksi beli dari investor asing mampu mengantarkan IHSG ke atas level 6.000. Pasar akan mencermati rilis data neraca perdagangan Maret 2021 yang diprediksi akan mengalami penurunan surplus, seiring dengan mulai naiknya aktivitas impor.

"Untuk hari ini, IHSG diperkirakan akan terkonsolidasi dengan kecenderungan melemah pada rentang 5.957-6.113," imbuhnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan Maret 2021 kembali mengalami surplus sebesar US$1,57 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 ini terjadi akibat kenaikan ekspor yang lebih tinggi dari posisi impor.

Dia melihat meningkatnya permintaan dari berbagai negara berpengaruh besar pada ekspor komoditas andalan Indonesia.

Dari data BPS, ekspor sepanjang Maret tercatat US$18,35 atau tumbuh 30,47 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan maret 2020 sebesar US$14,07 miliar.

"Kenaikan ekspor yoy cukup tinggi dipicu kenaikan ekspor migas dan nonmigas," kata Suhariyanto.

Sementara itu, impor Indonesia pada bulan lalu tercatat sebesar US$16,79 miliar atau tumbuh 25,73 persen dibandingkan maret tahun lalu. Adapun secara bulanan, impor mengalami penurunan tipis 26,55 persen.

"Impor naik karena adanya kenaikan impor migas dan nonmigas," ujarnya.

Suhariyanto menegaskan impor pada Maret 2021 ini naik cukup tinggi didorong oleh impor barang modal, bahan baku dan barang konsumsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper