Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Tertekan, Rupiah Akan Lanjutkan Pelemahan Hari Ini

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terdepresiasi 0,21 persen atau 30 poin menjadi Rp14.595 per dolar AS. Sejak awal tahun rupiah melemah 3,88 persen. Sepanjang perdagangan, mata uang garuda terpantau bergerak pada rentang Rp14.575 - Rp14.620.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi akan kembali melemah terbatas pada perdagangan Selasa (13/4/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terdepresiasi 0,21 persen atau 30 poin menjadi Rp14.595 per dolar AS. Sejak awal tahun rupiah melemah 3,88 persen. Sepanjang perdagangan, mata uang garuda terpantau bergerak pada rentang Rp14.575 - Rp14.620.

FX Senior Dealer Bank Sinarmas Deddy mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi pada Senin kemarin dipicu oleh tekanan outflow dari pasar saham yang terkoreksi lebih dari 2 persen.

Di samping itu, rilis data domestik yang kurang menggembirakan juga turut menekan nilai tukar rupiah. Data Retail Sales Indonesia bulan Februari berada di level -18,1 persen, atau meleset dari perkiraan pada level -11 persen.

Deddy mengatakan, tren pelemahan rupiah kemungkinan akan berlanjut pada hari ini. Hal tersebut seiring dengan tekanan yang masih akan dihadapi mata uang garuda.

"Namun pelemahan rupiah masih terbatas di kisaran Rp14.600-Rp14.700 seiring dengan rilisnya data China trade balance besok pagi," katanya saat dihubungi Senin (13/4/2021).

Sebelumnya, Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan belakangan ini rupiah cukup tertekan karena faktor musiman permintaan korporasi akan dolar AS yang tinggi pada April - Mei. Adapun, periode tersebut merupakan musim pembagian dividen dari perusahaan multinasional.

“Selain itu, kegiatan impor cenderung juga mulai menunjukkan arah positif seiring dengan aktivitas manufaktur domestik yang terus ekspansif juga turut berkontribusi untuk permintaan valas,” kata Faiz kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Di sisi lain, tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun atau US Treasury yang mulai turun sehingga mendorong aliran modal masuk ke pasar obligasi Tanah Air disebut bisa menjadi penahan laju pelemahan rupiah. Namun, perlu diingat bahwa inflow tersebut akan terjadi bertahap.

Dari dalam negeri, peran bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar juga akan dicermati oleh pelaku pasar.

“Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kami melihat potensi pelemahan rupiah untuk beberapa waktu masih akan berlanjut dengan rentang Rp14.500-Rp14.600,” tutup Faiz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper