Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Cetak Rekor, Dolar AS Terjerembap

Penurunan dolar pada Senin (5/4/2021) bahkan terjadi setelah data pekerjaan yang kuat pada Jumat (2/4/2021) dapat menunjukkan bahwa sebagian besar prospek bullish telah diperkirakan, setidaknya untuk jangka pendek.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilar tukar dolar AS merosot ke posisi terendah dalam satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa pagi (6/4/2021), ketika Wall Street mencapai rekor tertinggi dan imbal hasil obligasi AS tetap stabil.

Sejalan dengan penurunan ini, analis mengungkapkan likuiditas dolar AS rendah karena banyak bagian dunia libur untuk Paskah.

Dolar AS telah rebound tahun ini seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena investor bertaruh pada pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat dan inflasi yang lebih tinggi ketika ekonomi dibuka kembali setelah penutupan bisnis terkait Covid-19.

Tetapi penurunan dolar pada Senin (5/4/2021) bahkan terjadi setelah data pekerjaan yang kuat pada Jumat (2/4/2021) dapat menunjukkan bahwa sebagian besar prospek bullish telah diperkirakan, setidaknya untuk jangka pendek.

“Fakta bahwa kami tidak menguji tertinggi baru (dalam imbal hasil) tepat setelah data penggajian (payrolls) non-pertanian pada Jumat (2/4/2021) menunjukkan bahwa mungkin beberapa dari optimisme ekonomi AS ini sudah diperkirakan,” kata Ahli Strategi Valas di UBS di New York Vassili Serebriakov.

Dia mengatakan investor harus sedikit berhati-hati dalam menafsirkan gerakan ini karena sebagian besar dunia masih tutup untuk liburan Paskah.

Greenback telah menguat pada Jumat (2/4/2021) setelah data menunjukkan bahwa ekonomi AS menciptakan lapangan kerja paling banyak dalam tujuh bulan pada Maret karena lebih banyak orang Amerika yang divaksinasi dan pemerintah membagikan uang bantuan pandemi tambahan, menandai dimulainya apa yang bisa menjadi kinerja ekonomi terkuat tahun ini dalam hampir empat dekade.

Dolar AS melemah 0,40 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya pada Senin (5/4/2021) menjadi 92,59. Mata uang AS ini telah jatuh dari 93,44 pada Rabu (31/3/2021), yang merupakan tertinggi sejak 5 November.

Euro menguat 0,50 persen menjadi 1,1811 dolar AS. Sterling naik 0,57persen menjadi 1,3903 dolar AS. Dolar Australia, yang biasanya naik saat risiko menguat, naik 0,78 persen menjadi 0,7653 dolar AS.

Data pada Senin (5/4/2021) menunjukkan bahwa ukuran aktivitas industri jasa AS melonjak ke rekor tertinggi pada Maret di tengah pertumbuhan yang kuat dalam pesanan baru.

Greenback umumnya meningkat ketika penguatan saham selama beberapa bulan terakhir. Investor sekarang mengamati untuk melihat apakah hubungan itu berlanjut karena ini dapat mengindikasikan pergeseran dalam bagaimana mata uang merespons untuk meningkatkan selera risiko.

"Hal tersulit untuk pasar saat ini adalah mencari tahu apa sensitivitas dolar terhadap berita ekonomi AS yang baik," kata Erik Nelson, Ahli Strategi Makro di Wells Fargo di New York.

"Ini adalah pertanyaan besar karena jika kita memasuki fase di mana dolar tidak lagi menjadi tempat berlindung yang aman dan lebih merupakan 'risiko' pada mata uang, itu adalah perubahan rezim yang besar," kata Nelson.

Investor juga fokus pada rencana infrastruktur yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden, yang akan melibatkan peningkatan pajak perusahaan untuk membayar pengeluaran baru.

Biden akan bersedia untuk mendorong rencana infrastruktur senilai Rp2 triliun tanpa dukungan dari anggota parlemen Republik jika dia tidak dapat mencapai kesepakatan bipartisan pada Minggu (4/4/2021).

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Senin (5/4/2021) bahwa dia sedang bekerja bersama negara-negara G20 untuk menyetujui tarif pajak minimum perusahaan global guna mengakhiri "perlombaan 30 tahun pada tarif pajak perusahaan yang rendah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper