Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terapresiasi, Kurs Jisdor Menguat ke Rp14.533

Kurs Jisdor naik 44 poin atau 0,70 persen dari posisi Kamis (1/4/2021) Rp14.577 per dolar AS di saat rupiah ditutup menguat ke Rp14.515 per dolar AS.
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menyentuh posisi Rp14.533 per dolar AS pada Senin (5/4/2021), di saat nilai tukar rupiah ditutup terapresiasi.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia sore ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.533 per dolar AS, naik 44 poin atau 0,70 persen dari posisi Kamis (1/4/2021) Rp14.577 per dolar AS.

Sementara, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.515 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Kamis (1/4), rupiah ditutup Rp14.525 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terkoreksi 0,05 persen ke level 93,185.

Sebelumnya, Senior Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan depresiasi nilai tukar rupiah dipengaruhi stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) senilai US$1,9 triliun yang akan mengakselerasi pemulihan ekonomi negara tersebut sehingga sebagian besar mata uang asing tertekan.

“Kalau kita lihat dari bulan Maret sebagian mata uang asing itu cenderung tertekan atau melemah. Secara year to date [tahun berjalan] pun, kita melihat dolarnya masih tetap menguat kalau kita lihat dari akhir tahun lalu,” kata Josua saat dihubungi pada Minggu (4/4/2021).

Penguatan dolar AS itu menurutnya dipengaruhi oleh tren kenaikan surat utang AS atau yang sering disebut US Treasury yang meningkat hingga 840 poin jika dibandingkan dengan akhir tahun 2020 lalu.

Itu lah yang kemudian menyebabkan keluarnya dana asing di pasar obligasi negara berkembang termasuk Indonesia, menurut Josua. Hal ini terindikasi dari kepemilikan investor asing di Indonesia yang turun sepanjang kuartal I 2021, yaitu net sell asing yang mencapai lebih dari US$1,5 miliar.

Namun terlepas dari faktor eksternal di atas, Josua mengungkapkan faktor fundamental ekonomi Indonesia juga akan bisa turut membatasi pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Dia mengungkapkan kondisi Indonesia saat ini relatif cukup sehat jika dibandingkan negara-negara di Asia lainnya.

Josua pun memperkirakan penguatan rupiah terhadap dolar AS akan terjadi pada semester kedua atau kuartal III hingga IV 2021 di level Rp14.000-Rp14.300 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper