Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA Sekuritas Bakal Kawal 1 IPO di Kuartal Kedua Tahun Ini

BCA Sekuritas telah memproses 2 IPO pada kuartal I/2021 senilai total Rp1,6 triliun. Untuk kuartal II/2021, sudah ada calon emiten yang antri untuk mencatatkan sahamnya di bursa.
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT BCA Sekuritas akan memboyong satu perusahaan lagi untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal II/2020.

Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan pihaknya telah memproses 2 IPO pada kuartal I/2021 senilai total Rp1,6 triliun. Untuk kuartal II/2021 disebut sudah ada calon emiten yang antri untuk mencatatkan sahamnya di bursa.

Adapun, dua perusahaan yang go public dengan BCA Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek itu adalah PT FAP Agri Tbk. dengan nilai fund raised senilai Rp1 triliun dan PT Indointernet Tbk. dengan nilai Rp595,97 miliar.

“Kami memang sangat selektif untuk emiten-emiten IPO. Insyaallah, apabila situasi pasar modal lebih kondusif maka kami ada 1 IPO lagi di kuartal II/2021,” ungkap Mardy kepada Bisnis, Rabu (31/3/2021).

Lebih lanjut, Mardy menilai kondisi pasar modal khususnya saham masih sangat volatil pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu terlihat dari penurunan nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2021 secara signifikan.

Dari sisi kelompok saham, Mardy menunjukkan terjadi penurunan valuasi pada saham-saham berkualitas seperti di indeks IDX30.

Kendati demikian, apabila investor memosisikan investasi saham untuk jangka menengah dan panjang seharusnya koreksi pasar saat ini dapat dimaklumi sebagai koreksi yang sehat dan wajar.

“Karena hal ini [koreksi wajar] akan mereduksi potensi resiko penggelembungan nilai valuasi yang terlalu tinggi [asset bubble],” imbuh Mardy.

Adapun, Mardy menjelaskan dengan terjadi koreksi harga pada saham maka akan tercipta kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di emiten unggulan atau blue chip untuk mendapatkan imbal hasil menarik saat ekonomi kembali tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper