Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asia Pacific Fibers (POLY) Siapkan Belanja Modal hingga Rp159,29 Miliar

Belanja modal dalam ukuran besar belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Pasalnya, perseroan masih menanti hasil permohonan restrukturisasi liabilitas menjadi ekuitas terlebih dahulu.
Pabrik serat stapel memiliki kapasitas tahunan 195.000 MT dan terdiri dari 9 jalur pemintalan langsung, 1 jalur ekstruder, dan 8 jalur serat. /Asia Pacific Fibers
Pabrik serat stapel memiliki kapasitas tahunan 195.000 MT dan terdiri dari 9 jalur pemintalan langsung, 1 jalur ekstruder, dan 8 jalur serat. /Asia Pacific Fibers

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertekstilan PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2021 sebesar US$11 juta. Dana tersebut khususnya digunakan untuk perbaikan dan peremajaan mesin.

Head of Corporate Communications Asia Pacific Fibers Yudha Amdan menerangkan belanja modal dalam ukuran besar belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Pasalnya, perseroan masih menanti hasil permohonan restrukturisasi liabilitas menjadi ekuitas terlebih dahulu.

"Karena kami masih belum selesai restrukturisasi, belum bisa aplikasikan belanja modal ekspansif, tahun ini kami anggarkan US$10 juta--US$11 juta, khususnya untuk perbaikan dan peremajaan mesin tidak major tapi untuk permesinan," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (30/3/2021).

Dengan menggunakan nilai tukar JISDOR pada hari ini, Selasa (30/3/2021) sebesar Rp14.481, belanja modal yang disiapkan mencapai kisaran Rp144,81 miliar-Rp159,29 miliar.

Lebih lanjut, emiten bersandi POLY ini baru akan melakukan belanja modal untuk ekspansi setelah liabilitas jangka pendek perseroan yang berkisar US$1,13 miliar dapat diubah menjadi ekuitas.

Pasalnya, utang sebesar itu merupakan utang turunan dari pengelola perseroan sebelumnya, sehingga saat ini masih dalam proses upaya restrukturisasi.

Adapun, utang tersebut merupakan utang yang diberikan oleh entitas pengendali perseroan saat ini, sehingga utang tersebut tengah dimohonkan kepada otoritas dalam hal ini Kementerian Keuangan agar dapat diubah menjadi ekuitas.

"Liabilitas hingga US$1,13 miliar merupakan utang zaman grup sebelumnya, masih ada upaya restrukturisasi, angka itu naik turun kita denominasi utang yang belum selesai itu dari usd, karena dirupiahkan," paparnya.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, total liabilitas perseroan juga meningkat pada 2020 menjadi US$1,19 miliar, sementara pada 2019 sebesar US$1,18 miliar.

Dengan jumlah liabilitas jangka pendek yang meningkat menjadi US$1,116 miliar dari posisi 2019 sebesar US$1,11 miliar. Adapun, total liabilitas jangka panjangnya meningkat menjadi US$77,42 juta dari kondisi 2019 sebesar US$72,78 juta.

Sementara itu, total asetnya mengalami penurunan menjadi US$231,03 juta dari kondisi 2019 yang sebesar US$242,05 juta. Dengan rincian penurunan aset lancar menjadi US$121,42 juta dari posisi US$133,33 juta, sementara aset tidak lancarnya sedikit meningkat menjadi US$109,6 juta dari posisi US$108,7 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper