Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Liabilitas Jangka Pendek Asia Pacific Fibers (POLY) Capai Rp16,07 Triliun pada 2020

Liabilitas jangka pendek emiten bersandi POLY ini jauh melampaui posisi ekuitas perseroan.
Kain anti-api dibutuhkan sebagai bahan baku beragam produk akhir. /Asia Pacific Fiber.
Kain anti-api dibutuhkan sebagai bahan baku beragam produk akhir. /Asia Pacific Fiber.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) dinilai menghadapi tekanan cukup sulit pada laporan keuangan 2020. Pasalnya, total liabilitas jangka pendek perseroan berada jauh dibandingkan dengan posisi ekuitasnya.

Akuntan dari Kantor Akuntan Publik Kreston HHES Welly Adrianto mengungkapkan laporan keuangan konsolidasian terlampir disusun dengan asumsi bahwa PT Asia Pacific Fibers Tbk dan Entitas Anaknya akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.

"Tanpa menyatakan pengecualian atas pendapat kami, kami membawa perhatian atas laporan keuangan konsolidasian yang mengindikasikan bahwa POLY dan Entitas Anaknya menghasilkan rugi bersih sebesar US$20,13 juta untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2020 dan, pada tanggal tersebut, liabilitas jangka pendek POLY melampaui aset lancarnya hingga sebesar US$995 juta, dan mengalami defisiensi modal sebesar US$962,87 juta," jelasnya dalam pengantar laporan keuangan perseroan, dikutip Bisnis, Senin (29/3/2021).

Liabilitas jangka pendek emiten bersandi POLY ini dan entitas anaknya pada 31 Desember 2020 sebesar US$1,116 miliar (Rp16,07 triliun) atau sebesar 85 persen dari jumlah liabilitas jangka pendek merupakan utang terjamin.

Pada September 2020, Perusahaan melakukan pertemuan dengan tim koordinator dari Kementerian Perekonomian, Penanaman Modal, Keuangan, dan Direktorat Kekayaan Negara (DJKN) dan menekankan perlunya solusi segera atas masalah restrukturisasi utang yang berkepanjangan.

"PT Asia Pacific Fibers Tbk meminta tim untuk mempertimbangkan dengan baik usulan sebelumnya untuk mengubah 100 persen utang menjadi ekuitas yang telah disetujui oleh semua kreditur terjamin lainnya dan menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan," urainya.

Berdasarkan pembahasan tersebut, perseroan mengajukan banding kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Kekayaan Negara untuk menyetujui usulan restrukturisasi utang terjaminnya atas konversi 100 persen utang menjadi ekuitas.

"Sampai dengan otorisasi laporan keuangan konsolidasian ini, POLY belum menerima tanggapan dari Menteri Keuangan terkait dengan proposal konversi PT Asia Pacific Fibers Tbk tersebut. Namun, Damiano Investments B.V., Belanda, pemegang saham pengendali [kepemilikan 57,85 persen] dan pemegang mayoritas utang terjamin [92,5 persen], masih terus menyediakan fasilitas pengeluaran belanja modal sebesar US$22,44 juta dan fasilitas Letter of Credit sebesar US$89,23 juta untuk pembelian bahan baku," katanya.

Menurutnya, Damiano Investment B.V., Belanda, telah berkomitmen untuk memberikan dukungan keuangan yang diperlukan perusahaan untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya.

Selain itu, Damiano Investments B.V., Belanda membebaskan bunga atas batas LC sebesar US$97,30 juta untuk 2020. Manajemen perusahaan masih terus berusaha dan mengharapkan hasil penyelesaian dari restrukturisasi atas utang terjaminnya dapat segera diperoleh, sehingga Perusahaan dapat memperoleh pinjaman modal kerja dari bank.

"Audit kami atas laporan keuangan konsolidasian PT Asia Pacific Fibers Tbk dan Entitas Anaknya pada tanggal 31 Desember 2020 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut terlampir dilaksanakan dengan tujuan merumuskan suatu opini atas laporan keuangan konsolidasian tersebut secara keseluruhan," urainya.

Akuntan dari Kreston Hendrawinata Hanny Erwin & Sumargo ini menegaskan informasi keuangan Entitas Induk merupakan tanggung jawab manajemen serta dihasilkan dari dan berkaitan secara langsung dengan catatan akuntansi dan catatan lainnya yang mendasarinya yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian terlampir.

Informasi Keuangan Entitas Induk telah menjadi objek prosedur audit yang diterapkan dalam audit atas laporan keuangan konsolidasian terlampir berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

"Menurut opini kami, Informasi Keuangan Entitas Induk disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan konsolidasian terlampir secara keseluruhan," paparnya.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020 yang dikutip Bisnis, Senin (29/3/2021), emiten garmen ini menghasilkan pendapatan total sebesar US$260,96 juta anjlok 34,84 persen dari pendapatan pada 2019 sebesar US$400,53 juta.

Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan bersih yang anjlok menjadi US$258,49 juta dan pendapatan usaha lainnya yang juga turun menjadi US$2,46 juta.

Dari sisi beban pokok penjualan pada 2020 sebesar US$250,45 juta lebih rendah dari beban pokok penjualan pada 2019 yang sebesar US$372,98 juta. Kendati demikian, margin laba kotornya turun 4 persen sementara pada 2019 masih di level 6,8 persen.

Adapun, total rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi US$20,54 juta naik dari posisi 2019 yang sebesar US$11,91 juta.

Dari sisi liabilitas, total liabilitas perseroan juga meningkat pada 2020 menjadi US$1,19 miliar, sementara pada 2019 sebesar US$1,18 miliar.

Dengan jumlah liabilitas jangka pendek yang meningkat menjadi US$1,116 miliar dari posisi 2019 sebesar US$1,11 miliar. Adapun, total liabilitas jangka panjangnya meningkat menjadi US$77,42 juta dari kondisi 2019 sebesar US$72,78 juta.

Sementara itu, total asetnya mengalami penurunan menjadi US$231,03 juta dari kondisi 2019 yang sebesar US$242,05 juta. Dengan rincian penurunan aset lancar menjadi US$121,42 juta dari posisi US$133,33 juta, sementara aset tidak lancarnya sedikit meningkat menjadi US$109,6 juta dari posisi US$108,7 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper