Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Beban Kredit Sindikasi US$350 Juta, Fitch Turunkan Rating Sritex (SRIL)

Pada November 2020, Sritex meminta perpanjangan pinjaman hingga Januari 2024.
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Fitch Ratings telah menurunkan peringkat Perusahaan Tekstil Indonesia PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) pada Long-Term Issuer Default Rating (IDR) menjadi 'B-' dari 'BB-'.

Fitch juga telah menurunkan peringkat uang kertas Sritex yang beredar dan yang diusulkan menjadi 'B-' / 'RR4' dari 'BB-'. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang Sritex menjadi 'BB (idn)' dari 'A + (idn)'. Peringkat ini telah ditempatkan di Rating Watch Negative (RWN).

Berdasarkan situs fitchratings.com, penurunan peringkat didasarkan pada peningkatan risiko likuiditas dan risiko pembiayaan kembali atau refinancing yang timbul dari ketidakpastian sehubungan dengan perpanjangan pinjaman sindikasi Sritex senilai US$350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022. RWN mencerminkan ketidakpastian pelaksanaan rencana pembiayaan kembali.

"Peringkat Nasional 'BB' menunjukkan peningkatan risiko gagal bayar relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama," ungkap keterangan tersebut, dikutip Bisnis Jumat (26/3/2021).

Peringkat atas wesel yang diusulkan ditarik pada saat yang sama dengan penerbitan tidak dilanjutkan dan telah dibatalkan.

Adapun, perpanjangan pinjaman sindikasi mengalami ketidakpastian karena profil kredit Sritex berada di bawah tekanan karena ketidakpastian tentang meningkatnya penundaan dalam penyelesaian perpanjangan pinjaman sindikasi senilai US$350 juta, yang jatuh tempo pada Januari 2022. Pada November 2020, Sritex meminta perpanjangan pinjaman hingga Januari 2024.

"Kami memahami bahwa Sritex telah memperoleh beberapa persetujuan pemberi pinjaman, sejumlah US$205 juta per 23 Maret 2021. Namun, penundaan penandatanganan telah menyebabkan penurunan peringkat multi-notch karena tidak ada kesepakatan akhir, dan dalam konteks sentimen negatif terhadap sektor tekstil Indonesia," urainya.

Di sisi lain, terdapat tekanan likuiditas karena pembaruan jalur modal kerja merupakan bagian integral dari modal kerja dan likuiditas Sritex, sementara perseroan juga memiliki sejumlah jalur modal kerja yang berakhir pada tahun 2021,

Selain itu, terdapat medium term notes (MTN) sebesar US$25 juta yang akan jatuh tempo Mei 2021.

"Kami memperkirakan arus kas bebas Sritex akan kurang dari US$50 juta pada tahun 2021. Ini secara signifikan kurang dari hampir US$200 juta terdiri atas fasilitas bilateral jangka pendek dan US$25 juta MTN serta utang US$350 juta yang jatuh tempo Januari 2022," katanya.

Sritex memiliki sekitar US$158 juta dalam bentuk tunai pada akhir September 2020, tetapi jumlah uang tunai seperti itu diperlukan untuk mendukung kebutuhan modal kerjanya yang tinggi.

Adapun, deleveraging memerlukan manajemen modal kerja yang mumpuni. Fitch memperkirakan utang bersih/EBITDA Sritex akan tetap di atas 3,0x pada 2021, dengan pertumbuhan EBITDA yang minimal karena kapasitas yang terbatas.

Peningkatan leverage Sritex dari 2021 dan seterusnya akan bergantung pada pengurangan modal kerja harian secara signifikan, yang telah meningkat sejak 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper