Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Lagi Terhimpit Dolar AS

Rupiah di pasar spot mengalami penurunan 0,24 persen atau 35 poin menjadi Rp14.460 per dolar AS pada pukul 10.16 WIB. Sejak awal tahun, rupiah melemah 2,92 persen.
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi sesaat setelah perdagangan dibuka pagi ini, Kamis (25/3/2021).

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot mengalami penurunan 0,24 persen atau 35 poin menjadi Rp14.460 per dolar AS pada pukul 10.16 WIB. Sejak awal tahun, rupiah melemah 2,92 persen.

Sesaat setelah perdagangan dibuka rupiah sempat berada di level Rp14.435 per dolar AS.

Di kawasan Asia Pasifik, rupiah terdepresiasi bersama baht Thailand yang turun 0,16 persen, yuan China turun 0,10 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,16 persen.

Hanya won Korea Selatan yang masih menguat 0,05 persen dan peso Filipina naik 0,08 persen di hadapan greenback pagi ini.

Pada saat bersamaan, indeks dolar AS terpantau menguat 0,04 persen menjadi 92..570.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah berpotensi dibuka cenderung fluktuatif setelah ditutup koreksi pada perdagangan sebelumnya.

"[Untuk perdagangan Kamis 25/3/2021] mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tetapi ditutup melemah di rentang   Rp.14.400 - Rp.14.470 per dolar AS," ujar Ibrahim dikutip dari keterangan resminya, Kamis (25/3/2021). 

Ibrahim menuturkan sejumlah faktor eksternal membuat rupiah melemah terhadap dolar AS. Dolar AS sebagai safe-haven mendekati level tertinggi selama empat bulan terakhir karena kekhawatiran atas gelombang Covid-19 ketiga di Eropa.

Selain itu, potensi kenaikan pajak AS dan meningkatnya ketegangan antara negara barat dan China yang melemahkan aset berisiko.

Penguatan dolar AS ini terjadi setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengindikasikan kepada Kongres bahwa mereka memiliki kepercayaan pada ekonomi Amerika Serikat yang kembali menguat.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada Kongres bahwa dia terbuka bagi bank-bank untuk membeli kembali saham dan membayar dividen, sebuah pandangan terbaru yang menunjukkan kepercayaannya pada perekonomian.

Gubernur The Fed Jerome Powell juga mengatakan bahwa menurutnya 2021 akan menjadi "tahun yang sangat, sangat kuat dalam kasus yang paling mungkin."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper