Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Marak Rights Issue di Awal Tahun, Apa Penyebabnya?

setidaknya ada 17 emiten yang akan menerbitkan saham baru, dengan rincian 15 emiten merencanakan rights issue dan 2 emiten melakukan private placement.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan saham baru yang marak pada awal 2021 ini mengindikasikan emiten cenderung memilih pasar modal ketimbang pinjaman perbankan untuk modal ekspansinya.

Bisnis Indonesia mencatat setidaknya ada 17 emiten yang akan menerbitkan saham baru, dengan rincian 15 emiten merencanakan rights issue atau penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dan 2 emiten melakukan private placement atau penerbitan saham tanpa HMETD.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengungkapkan maraknya rencana aksi penawaran saham baru di awal 2021 mengindikasikan penghimpunan dana di pasar modal menjadi pilihan emiten dibandingkan dengan pinjaman perbankan.

"Hal ini juga sejalan dengan kecenderungan perbankan untuk tetap selektif dalam mengucurkan pinjaman dengan menetapkan target pertumbuhan kredit yang konservatif," katanya kepada Bisnis, Rabu (24/3/2021).

Lebih lanjut, Angga menjelaskan investor hendaknya mencermati beberapa hal dalam menganalisa rencana penerbitan saham baru dari para emiten tersebut. Hal utama yang mesti diperhatikan adalah tujuan penggunaan dana tersebut.

Dia menegaskan penggunaan dana hasil penerbitan saham baru yang ditujukan untuk ekspansi cenderung lebih menarik ketimbang tujuan pembayaran utang. Hal ini karena ekspansi berpotensi untuk meningkatkan laba di masa mendatang.

"Adapun penawaran saham baru tanpa potensi kenaikan laba cenderung kurang menarik karena penambahan jumlah saham beredar akan menekan earning per share atau laba bersih per lembar saham," jelasnya.

Selain itu, investor juga mesti memperhatikan dalam penerbitan saham baru antara lain harga pelaksanaan, potensi efek dilusi, tanggal b, serta profil standby buyer jika ada.

Menurutnya, di antara emiten yang menerbitkan saham baru, penawaran PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) menarik untuk diperhatikan.

BJBR menyatakan rencana rights issue akan dimintakan persetujuan pada rapat umum pemegang saham tahunan tahun buku 2020 (RUPST) yang akan diselenggarakan pada 6 April 2021.

Perseroan berencana melakukan PMHMETD kepada para pemegang saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 925 juta saham Seri B baru dengan nilai nominal Rp250 per saham.

Jumlah tersebut setara dengan 9,40 persen dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian.

"BJBR menarik karena tujuan penggunaan dananya adalah untuk mendukung ekspansi kredit. Selain itu, BJBR juga memiliki fundamental dan kinerja yang baik, ditandai dengan kenaikan pendapatan dan laba di tahun 2020 lalu," urainya.

Menurut Angga minat investor dalam menyerap penawaran saham baru tersebut sedikit banyak akan bergantung pada menarik atau tidaknya harga pelaksanaan yang ditetapkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper