Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Perluas Pembatasan Produksi Baja, Harga Bijih Besi Semakin Anjlok

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (22/3/2020), harga bijih besi berjangka di Singapura terpantau turun hingga 4,8 persen ke level US$148,65 per ton hingga pukul 12.24 waktu setempat.
Aktivitas operasional PT Cakra Mineral Tbk. Perusahaan ini merupakan produsen dan eksportir logam bijih besi dan pasir zircon. Mulai 28 Agustus 2020, Bursa Efek Indonesia akan menghapus saham berkode CKRA dari papan pengembangan./ckra.co.id
Aktivitas operasional PT Cakra Mineral Tbk. Perusahaan ini merupakan produsen dan eksportir logam bijih besi dan pasir zircon. Mulai 28 Agustus 2020, Bursa Efek Indonesia akan menghapus saham berkode CKRA dari papan pengembangan./ckra.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi kembali anjlok menyusul rencana pemerintah China untuk memperluas pemangkasan produksi baja untuk mengontrol polusi yang menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek permintaan dari negara tersebut

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (22/3/2020), harga bijih besi berjangka di Singapura terpantau turun hingga 4,8 persen ke level US$148,65 per ton hingga pukul 12.24 waktu setempat. Sementara itu, harga bijih besi di Dalian Commodity Exchange (DCE) juga terkoreksi 6,32 persen ke level US$1.000 per ton.

Koreksi harga bijih besi disebabkan oleh rencana China yang akan memperluas pembatasan produksi baja pada sejumlah wilayah produsen utama. Sebagai informasi, bijih besi merupakan salah satu bahan baku pembuatan baja.

Rencana pemangkasan lebih lanjut yang dicanangkan China semakin menambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap penurunan permintaan bijih besi. Selain itu, jumlah cadangan bijih besi pada pelabuhan di China juga melonjak ke level tertinggi sejak Mei 2019 lalu.

Laporan lembaga riset Mysteel menyebutkan, Kota Tangshan yang merupakan salah satu produsen baja utama di China akan membatasi produksi pada sejumlah pabrik hingga akhir 2021. Hal ini merupakan upaya pemerintah China untuk mencapai emisi karbon 0 pada 2060 mendatang.

Sementara itu, laporan China International Capital Corporation Hong Kong Securities Ltd atau CICC mengatakan, langkan Tangshan mengindikasikan niat pemerintah China untuk mempreluas kebijakan lingkungannya pada industri baja di tahun 2021.

“Jumlah pasokan baja secara keseluruhan tidak dapat meningkat dalam jangka panjang,” demikian kutipan laporan tersebut.

CICC juga menambahkan, siklus ekspansi pasokan baja di Negeri Panda tersebut juga berakhir lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya. Hal tersebut terjadi ditengah upaya penurunan output yang tengah dilakukan.

“Jarak antara pasokan dan permintaan bijih besi akan menyempit secara signifikan seiring dengan prospek menurunnya produksi baja dari China,” tulis CCIC dalam laporannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper