Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Antisipasi Perubahan ‘Dot Plot’ The Fed, Wall Street Melemah

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,24 persen, sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 0,35 persen dan 0,92 persen pada awal perdagangan.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (17/3/2021), di tengah kekhawatiran bahwa pejabat Federal Reserve dapat merevisi outlook kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,24 persen, sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 0,35 persen dan 0,92 persen pada awal perdagangan.

Sejumlah saham menjadi penekan indeks S&P, di antaranya NRG Energy Inc yang terkoreksi 14,65 persen dan Etsy Inc yang melemah 4,41 persen. Di sisi lain, saham Dow Inc. menguat 3,45 persen.

Pasar saham fluktuatif setelah imbal hasil obligasi naik ke level tertinggi dalam setehun dan saham-saham terkait pertumbuhan ekonomi (growth stock) berbalik melemah.

Kepala analis pasar JonesTrading Michael O’Rourke mengatakan hal seputar suku bunga terus menjadi katalis utama pergerakan pasar saham AS, di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun.

“Federal Reserve tentu tidak perlu bereaksi terhadap setiap sinyal yang diberikan pasar. Pasar hanya ingin Gubernur The Fed menunjukkan bahwa dia tidak buta terhadapnya," ungkap Michael, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (17/3/2021).

Ekspektasi pemulihan yang kuat dari penurunan laju infeksi Covid-19 membuat ivnestor mengalihkan fokus terhadap proyeksi suku bunga pejabat The Fed, yang disebut dengan "dot plot."

Dua pertiga ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan The Fed akan terus memberi sinyal tidak ada kenaikan dari suku bunga mendekati nol hingga 2023, meskipun lebih dari 18 pejabat bank sentral menaikkan dot plot mereka.

Sementara itu, imbal hasil obligasi US Treasury tenor 30 tahun melonjak ke level tertinggi sejak 2019, sedangkan obligasi tenor 10 tahun mencapai level 1,67 persen. Ekspektasi inflasi yang tersirat oleh pasar berada di level tertinggi 12 tahun.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan oleh panduan saat ini. Ekspektasi inflasi yang lebih tinggi telah meningkatkan imbal hasil obligasi dan memicu rotasi dari saham pertumbuhan ke saham dengan valuasi kecil.

Investor obligasi Bill Gross memperkirakan bahwa inflasi akan naik menjadi 3 persen hingga 4 persen dalam beberapa bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper