Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fundamental Kuat, Harga Timah Berpotensi Melambung

Harga timah global diprediksi segera pulih dari keterpurukannya yang terjadi pada akhir Februari 2021.
Pekerja menghitung timah batangan di salah satu pabrik di Kepulauan Bangka Belitung. Bisnis/Endang Muchtar
Pekerja menghitung timah batangan di salah satu pabrik di Kepulauan Bangka Belitung. Bisnis/Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Harga timah diprediksi masih dapat melambung tinggi tahun ini, setelah sempat anjlok dibayangi penguatan dolar AS dan aksi profit taking.

Market Analyst International Tin Association (ITA) James Willoughby mengatakan bahwa harga timah global tampak akan segera pulih dari keterpurukannya yang terjadi pada akhir Februari.

“Harga timah sekarang mendekati US$26.000 per ton, sejak anjlok pada awal Maret 2021 ke US$23.000 per ton,” ujar Willoughby seperti dikutip dari risetnya, Minggu (14/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (12/3/2021) harga timah parkir di level US$25.600 per ton, turun 1,16 persen. Sebelumnya, harga sempat anjlok ditekan penguatan dolar AS yang membuat timah menjadi lebih mahal bagi pembeli yang berdenominasi mata uang selain greenback.

Selain itu, harga timah juga dibayangi aksi profit taking. Sebab, pada 25 Februari 2021 harga sempat menyentuh US$27.500 per ton, level rekor tertinggi timah dalam beberapa tahun terakhir.

James menjelaskan bahwa fundamental timah yang kuat akan terus mendukung harga komoditas itu untuk bergerak lebih tinggi. Pada pekan kedua Maret tahun ini, ketersediaan timah di pasar spot semakin menepis.

Selain itu, hujan musiman yang lebih deras daripada biasanya di Indonesia dan Brasil sebagai salah satu produsen utama komoditas timah dikhawatirkan dapat menghambat produksi logam itu.

“Pembeli diprediksi memesan logam secara berlebihan, jika memungkinkan, untuk memastikan stok tersedia jika ada pengiriman yang tertunda,” papar Willoughby.

Adapun, ITA memperkirakan pada tahun ini akan terjadi defisit produksi timah sebesar 2.700 ton setelah kekurangan sebanyak 5.200 ton pada 2020 lalu. Sementara itu, rata-rata jumlah pasokan timah per tahun adalah sebesar 350 ribu ton.

Dengan demikian, sentimen prospek permintaan yang tinggi dan keterbatasan pasokan akan menjadi bekal kuat bagi harga timah dapat melanjutkan tren kenaikan yang sempat tertunda.

Di sisi lain, Analis Capital Futures Wahyu Laksono memperkirakan harga timah berada di level US$26.000 hingga US$28.000 per ton dalam jangka pendek tahun ini.

Selanjutnya, untuk jangka menengah timah berpotensi bergerak di kisaran US$25.000 hingga US$33.500 per ton.

Wahyu menjelaskan, harga timah turut didukung oleh sentimen pandemi Covid-19 sejak tahun lalu karena kebutuhan terhadap barang elektronik semakin tinggi seiring dengan pemberlakukan bekerja dari rumah dan lockdown.

“Pemulihan ekonomi yang terjadi di China juga berimbas pada kenaikan permintaan timah seiring dengan kenaikan ekspor barang-barang elektronik,” ujar dia, berapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper