Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buah Ikatan Cinta Bagi Emiten Hary Tanoe (MNCN)

Meskipun kinerja dari segmen televisi masih mendominasi, perseroan berupaya menggenjot kinerja di segmen lain, termasuk digital.
Halaman muka website PT Media Nusantara Citra Tbk. Performa Pangsa Pemirsa empat stasiun televisi yang dikelola MNCN moncer dengan torehan 46,5 persen di upper middle./MNCN
Halaman muka website PT Media Nusantara Citra Tbk. Performa Pangsa Pemirsa empat stasiun televisi yang dikelola MNCN moncer dengan torehan 46,5 persen di upper middle./MNCN

Bisnis.com, JAKARTA – Bicara bisnis drama televisi ternyata lebih manis dari kisah cinta Andin dalam serial drama Ikatan Cinta. Bagaimana tidak, sinetron yang diproduksi sendiri oleh MNC Pictures ini berhasil memecahkan berbagai rekor termasuk soal rating televisi.

Drama luaran anak usaha PT Media Citra Nusantara Tbk. (MNCN) tersebut berhasil memecahkan rekor rating dengan berada di pucuk daftar rating semua program TV untuk penayangan Selasa (23/2/2021). Sinetron yang dibintangi Amanda Manopo dan Arya Saloka ini meraih TVR 14,6 dan share 51,4 persen.  

Buah manis dari drama khas televisi Indonesia ini terbukti pada beberapa cerita yang tertangkap dalam media sosial Twitter. Dikutip dari cuitan @andhirarum, dia menghitung jumlah iklan dalam sekali tayangan drama Andin dan Aldebaran ini.

Dalam foto unggahannya, pada 7 Maret 2021 episode 192, sinetron Ikatan Cinta mencatatkan 136 iklan dalam 4 segmen di luar sinetronnya, dan 17 iklan di dalam sinetron Ikatan Cinta.

"Terpantau ada 136 iklan di luar sinetron dan 17 iklan di dalam sinetron Ikatan Cinta. Alhamdulillah, Mbak Andin sudah bertemu kembali dengan Mas Aldebaran. Mari merayakannya dengan makan enak," begitu cuit @andhirarum, dikutip Bisnis, Kamis (11/3/2021).

Akun tersebut bahkan membuat thread berapa banyak jumlah iklan yang ditayangkan selama jeda sinetron tersebut. Bahkan, dia merinci setiap ada jeda iklan, durasi penayangan iklan bisa mencapai 9 menit.

Tentu saja, jumlah iklan sebanyak ini akan masuk ke dalam kantong sang induk usaha, baik rumah produksi maupun stasiun televisi yang menayangkannya, seluruhnya bermuara pada emiten bersandi MNCN.

CEO sekaligus Pemilik MNC Grup Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan rating stasiun televisi RCTI saja sudah menjadi yang tertinggi diantara kompetitor yang ada. Dengan demikian, sebagai pemimpin pasar, dia pun berstrategi agar stasiun televisi di dalam grupnya dapat turut bertumbuh.

"RCTI saja sudah luar biasa, 30 persen share-nya sendiri di TV, jadi RCTI saja dibandingkan dengan 5 kompetitor terbesar sudah baik, karena Ikatan Cinta, Amanah Wali 4, dan berbagai program spesial lainnya sudah sangat baik," katanya.

Banyaknya peminat pengiklan di RCTI tersebut, dimanfaatkannya dengan skema bundling, setiap pengiklan yang menginginkan spot di RCTI harus memesan spot secara paket bersama dengan iklan di stasiun TV milik grupnya pula seperti GTV, Inews TV, ataupun MNC TV. Dengan begitu, pendapatan secara grup menjadi lebih tinggi.

Ekspansi Segmen Digital

Di sisi lain, bos grup MNC ini juga tidak ingin hanya mengandalkan pendapatan dari stasiun televisi saja. Hary menargetkan kontribusi pendapatan grup MNCN dalam 4 tahun dapat menjadi 50 persen dari televisi dan 50 persen dari digital dan konten.

"Dalam 3 hingga maksimal 4 tahun mendatang, kami akan menyesuaikan 50 persen pendapatan datang dari aktivitas digital dan konten. Pasalnya, pendapatan kami terdiri atas tiga hal, yang paling besar dari televisi, kemudian konten, dan digital," paparnya.

Dengan menjadikan pendapatan perseroan 50 persen dari televisi dan 50 persen dari digital dan konten, perseroan akan menjadi lebih sehat. Pendapatan dari TV tidak menjadi yang utama dan menjadi lebih seimbang.

Dia menyebut peningkatan pendapatan dari sisi digital didorong dari peningkatan pengguna dari superapps RCTI+. Pemanfaatan sosial media dan berbagai kerja sama digital lainnya.

Hary mencontohkan dahulu spot iklan di RCTI+ harus dijual secara paket bersama dengan iklan di stasiun TV RCTI. Saat ini, perseroan sudah dapat menjual spot iklan di dalam aplikasi tersebut secara mandiri dengan jumlah yang cukup besar.

"Sekarang RCTI+ dapat menjual spot iklannya sendiri dalam jumlah besar. Beberapa waktu lalu, kami menghasilkan pendapatan besar beberapa miliar rupiah untuk durasi 1 jam," katanya.

Jika dirinci pendapatan dari digital berasal dari RCTI+ sebesar 40 persen, media sosial 35 persen, dan berkisar 20 persen dari kerja sama dan jasa lainnya.

Emiten media milik Hary Tanoesoedibjo ini juga menargetkan percepatan pembayaran utang perusahaan dalam kurs dollar AS. Selain itu, perseroan juga memastikan tetap bagi-bagi dividen.

Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan pihaknya akan terus mengurangi paparan leverage dalam bentuk US$. Menurutnya, hal ini penting dilakukan di tengah volatilitas akibat pandemi Covid-19.

"Kami terus mengurangi tekanan dollar AS dalam perseroan, kami menargetkan tahun ini pinjaman berbasis dollar AS akan mencapai kurang lebih berkisar US$100 juta, dari posisi sebelumnya di sekitar US$250 juta," jelasnya

Dia juga menargetkan agar utang-utang perseroan dalam bentuk dollar AS dapat dilunasi hingga Agustus 2022. Upaya percepatan pembayaran utang dalam mata uang asing ini sebagai langkah antisipasi di tengah pandemi Covid-19.

Hary Tanoe juga menyebut emiten bersandi MNCN ini akan tetap membagikan dividen berdasarkan hasil sepanjang 2020. Namun, dividen sepertinya tidak akan sebesar biasanya.

"Sepertinya akan ada pembagian dividen, tetapi kami akan memberikan prioritas untuk mengurangi paparan terhadap dollar AS terlebih dahulu, karena di tengah situasi pandemi Covid-19 saya pikir lebih baik untuk menggunakan jalur yang lebih konservatif," urainya.

Dia menegaskan dividen tetap akan dibagikan tetapi pengurangan paparan dollar AS perlu segera diakhiri karena pergerakan nilai tukar yang akan sangat volatil saat pandemi.

Dengan demikian, keputusan perseroan lebih fokus mempercepat pembayaran kewajiban dalam bentuk dollar AS, sembari memastikan dividen tetap diberikan kepada para investor.

Kinerja Keuangan

Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 31 September 2020, emiten berkode MNCN ini membukukan pendapatan sebesar Rp5,96 triliun, setelah dikurangi eliminasi pendapatan Rp,1,13 triliun.

Realisasi tersebut turun 4,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan pendapatan sebesar Rp6,27 triliun setelah dikurangi eliminasi pendapatan Rp726 miliar.

Adapun kontributor terbesar pemasukan perseroan yakni pendapatan iklan turun 8,48 persen year on year, dari Rp6,03 triliun menjadi Rp5,52 triliun.

Secara rincian, penurunan tersebut disebabkan oleh menyusutnya pendapatan iklan non digital sebesar 12,38 persen menjadi Rp4,84 triliun, sedangkan pendapatan iklan digital tumbuh pesat 34,46 persen menjadi Rp675 miliar.

Kemudian pos pendapatan lainnya yakni pendapatan konten juga menyusut 15,56 persen secara tahunan, dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,09 triliun. Begitu pula pendapatan lainnya turun 9,88 persen menjadi Rp73 miliar.

Akibat penurunan pendapatan, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada entitas pemilik perseroan juga menurun 17,54 persen, menjadi Rp1,37 triliun dari laba periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,66 triliun.

Kendati demikian, Hary Tanoe menjamin kinerja perseroan tetap stabil sepanjang pandemi Covid-19 ini. Apalagi didukung peningkatan pendapatan dari segmentasi digital dan konten.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan jika melihat dari kinerja per September 2020 memang menunjukan adanya penurunan tipis secara tahunan.

"Namun, masih dapat mencatatkan laba dimana tidak banyak perusahaan yang masih dapat mempertahankan labanya. Sumbangsih dari media dan iklan memberikan kontribusi positif pada kinerja MNCN," ujarnya kepada Bisnis.

Ke depan, terangnya, perkembangan digital yang juga memengaruhi industri media harus dapat dihadapi oleh MNCN untuk dapat bertahan meskipun dari sisi audience share masih mendominasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper