Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tekan Produksi Baja, Harga Bijih Besi Berbalik Lesu

Harga bijih besi berjangka di Singapura sempat turun hingga 3,2 persen ke level US$164,50 per ton hingga pukul 11.00 waktu setempat.
Ilustrasi: Penambangan bijih besi di Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh (21/4/2010)./Antara-Ampelsa
Ilustrasi: Penambangan bijih besi di Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh (21/4/2010)./Antara-Ampelsa

Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi mencapai titik harga terendah dalam tiga pekan. Hal ini seiring dengan sikap investor yang mencerna sentimen bertambahnya pasokan komoditas ini di tengah kekhawatiran penurunan permintaan dari China.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (9/3/2020), harga bijih besi berjangka di Singapura sempat turun hingga 3,2 persen ke level US$164,50 per ton hingga pukul 11.00 waktu setempat. Sedangkan harga bijih besi di Dalian Commodity Exchange (DCE) terkoreksi 2,71 persen ke US$1.114,50 per ton.

Laporan dari Huatai Futures menyebutkan, jumlah pengiriman bijih besi telah meningkat secara week-on-week. Selain itu, pasokan dari produsen-produsen umum juga telah naik signifikan.

Di sisi lain, tingkat utilisasi tanur tiup atau blast furnace domestik di China mengalami penurunan. Adapun blast furnace adalah metode metalurgi yang digunakan untuk melebur bijih besi menjadi logam-logam industri seperti baja.

“Dalam jangka pendek, harga bijih besi tidak memiliki momentum yang kuat untuk naik ditengah upaya pemerintah China mengurangi polusi dan risiko penurunan permintaan,” demikian kutipan laporan tersebut dari Bloomberg.

Tingkat keberlanjutan permintaan yang sebelumnya menjadi motor penguatan harga bijih besi kehilangan tenaga seiring dengan rencana China yang akan mengurangi produksi bajanya pada tahun ini. Pada 2020 lalu, jumlah produksi baja dari China merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Sementara itu, jumlah persediaan bijih besi di pelabuhan mencatat kenaikan tertinggi dalam empat bulan. Hal tersebut mengindikasikan adanya potensi perlambatan konsumsi. Pusat pembuatan baja di China, Tangshan, juga telah melakukan pembatasan produksi guna mengurangi polusi udara.

Di Brazil, rerata jumlah ekspor bijih besi tercatat sebesar 1,28 juta ton pada lima hari kerja pertama di bulan Maret 2021. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan rerata bulan Maret 2020 di level 964.215 ton per hari.

Adapun, Brazil telah mengekspor lebih banyak bijih besi dalam dua bulan terakhir dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut turut mendorong kenaikan jumlah bijih besi yang masuk ke China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper