Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lanjutkan Koreksi, Saham Big Caps Dilego Asing

Investor asing tercatat melakukan transaksi net sell sebesar Rp111,76 miliar dengan sasaran aksi jual ke saham BBCA sebesar Rp110 miliar, ASII sebesar Rp20,8 miliar, dan INCO sebesar Rp12,8 miliar. 
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan berada di zona merah pada sesi perdagangan awal Selasa (9/3/2021), melanjutkan koreksi daripada perdagangan sebelumnya. 

Pada pembukaan perdagangan indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau dibuka di level 6.258,67 dan langsung turun 0,13 persen pada pukul 09.03 WIB ke posisi 6.240,49.

Adapun, pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG terkoreksi 10,28 poin atau 0,16 persen ke level 6.248,46.

Dari keseluruhan konstituen, hanya sebanyak 155 saham berhasil menguat, 121 saham melemah, sedangkan 171 saham lainnya tampak tidak bergerak dari posisi pada perdagangan sebelumnya.

Investor asing tercatat melakukan transaksi net sell sebesar Rp111,76 miliar dengan sasaran aksi jual ke saham BBCA sebesar Rp110 miliar, ASII sebesar Rp20,8 miliar, dan INCO sebesar Rp12,8 miliar. 

Pelemahan IHSG dipimpin oleh saham ASSA yang terkoreksi 6,94 persen, BCAP turun 6,77 persen, dan ESIP yang melemah 6,67 persen.

Adapun, Penguatan IHSG dipimpin oleh saham UNIQ yang naik 34,59 persen, ABBA menguat 23,47 persen, dan TNCA naik 13,54 persen.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan IHSG berpeluang melemah pada hari ini seiring dengan naiknya yield obligasi AS dan telah berimbas pada penurunan performa indeks di AS.

Koreksi pada pasar saham AS juga berimbas pada pasar komoditas. 

“Kombinasi dari turunnya sebagian indeks di Wall Street, kejatuhan komoditas, pelemahan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, dan naiknya yield obligasi baik di AS dan Indonesia membuat IHSG  agak sulit bernafas dan berpeluang kembali dilanda tekanan jual pada hari ini,” papar Edwin dikutip dari riset hariannya, Selasa (9/3/2021).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper