Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga CPO Dukung Margin Dharma Satya (DSNG) pada 2020

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan bahwa pertumbuhan kinerja perseroan tahun lalu banyak didukung oleh kenaikan harga CPO yang berhasil mencapai harga tertinggi dalam 8 tahun terakhir pada 2020.
Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara (DSN) Tbk. Andrianto Oetomo memberikan paparan dalam paparan publik DSN, di Jakarta, Senin (2/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara (DSN) Tbk. Andrianto Oetomo memberikan paparan dalam paparan publik DSN, di Jakarta, Senin (2/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan, PT Dharma Satya Nusantara Tbk., berhasil mencetak kinerja impresif didukung kenaikan harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan bahwa pertumbuhan kinerja perseroan tahun lalu banyak didukung oleh kenaikan harga CPO yang berhasil mencapai harga tertinggi dalam 8 tahun terakhir pada 2020.

Emiten berkode saham DSNG itu mencatatkan harga rata-rata CPO perseroan pada 2020 mencapai Rp8,1 juta per ton, naik 26 persen dibandingkan dengan rata-rata CPO 2019 sebesar Rp6,5 juta per ton.

“Kenaikan harga CPO telah mendorong peningkatan marjin operasional,” ujar Andrianto seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (5/3/2021).

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, DSNG berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp6,69 triliun pada 2020. Pencapaian itu naik 16,7 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp5,73 triliun.

Dari total penjualan tersebut, penjualan dari segmen kelapa sawit mencapai Rp 5,7 triliun atau naik 20 persen dibandingkan 2019.

Sejalan dengan itu, DSNG berhasil membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp476,63 miliar, melesat 165,92 persen daripada posisi laba 2019 yang hanya sebesar Rp179,94 miliar.

DSNG juga memperoleh EBITDA sebesar Rp 1,65 triliun pada 2020, atau bertambah Rp338 miliar dibandingkan dengan EBITDA 2019 yang sebagian besar merupakan kontribusi dari segmen usaha kelapa sawit.

Andrianto menjelaskan bahwa kenaikan laba yang signifikan juga merupakan kontribusi dari turunnya biaya keuangan perseroan, dampak dari konversi sebagian hutang perseroan ke mata uang dolar AS pada April dan Mei 2020.

Adapun, peningkatan laba pada 2020 telah menghasilkan jumlah kas yang cukup besar sehingga meningkatkan kemampuan perseroan dalam membayar kembali pinjamannya, terbukti dengan Net Debt Service Coverage Ratio (DSCR) 2020 sebesar 1,4 kali yang lebih besar dibandingkan dengan 2019 sebesar 1,1 kali.

Selain itu, proporsi hutang terhadap ekuitas (Net Debt to Equity ratio atau DER) juga turun signifikan dari 1,7 kali pada 2019 menjadi 0,9 kali pada 2020, sebagai akibat dari peningkatan ekuitas karena adanya surplus revaluasi atas aset tanah pada akhir 2020.

Dari sisi produksi, DSNG mencatatkan volume produksi CPO pada 2020 sebesar 637 ribu ton, naik 4 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar 610 ribu ton.

Kenaikan produksi CPO tersebut didukung tambahan buah TBS yang dibeli dari pihak eksternal, seiring dengan tambahan kapasitas pabrik dari PKS baru dan tambahan lini baru sejak kuartal IV/2019, sekaligus untuk mengisi kekurangan TBS dari kebun inti yang turun 10 persen sebagai imbas dari El-Nino pada 2019.

Sementara itu, volume penjualan 2020 turun 4 persen menjadi 640 ribu ton. Namun, di dalam volume penjualan 2019 tersebut terkandung sejumlah stok CPO yang berasal dari 2018, sehingga apabila stok CPO 2018 dikecualikan, maka volume penjualan 2020 mengalami kenaikan sebesar 4 persen.

Untuk produk kayu, DSNG membukukan pendapatan sebesar Rp996 miliar, turun marjinal 0,5 persen dibandingkan dengan 2019 yang mencapai Rp1 triliun.

Penurunan terutama berasal dari turunnya volume produk panel, sebesar 11 persen, sebagai dampak pandemi COVID-19 yang masih melanda negara tujuan ekspor Jepang.

Namun, produk flooring DSNGjustru mengalami peningkatan volume dan harga, masing-masing sebesar 6 persen dan 1 persen, terutama didorong oleh peningkatan permintaan dari pasar Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper