Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Rp14.325 saat Dolar AS Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, hari ini mata uang rupiah melemah 70 poin atau 0,49 persen ke level 14.325 per dolar AS.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Selasa (2/3/2021) seiring dengan penguatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang garuda melemah 70 poin atau 0,49 persen ke level 14.325 per dolar AS. Pun, pada perdagangan kemarin rupiah melemah 20 poin atau 0,14 persen ke level Rp14.255.

Di saat yang sama, pada pukul 15.00 WIB, indeks dolar AS terpantau menguat 0,29 poin atau 0,32 persen ke level 91,33.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.307 per dolar AS, melemah 7 poin dari posisi kemarin, Senin (1/3/2021) Rp14.300 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya terpantau bergerak variatif. Baht Thailand, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan yuan China menemani rupiah di zona merah dengan depresiasi masing-masing 0,43 persen, 0,26 persen, 0,11 persen, dan 0,08 persen.

Sebaliknya, peso Filipina dan rupee India mampu menguat. Peso menguat tipis 0,06 persen, sedangkan rupee terapresiasi 0,19 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kuatnya sentimen dari luar negeri menjadi pemberat rupiah hari ini yakni tren kenaikan yield US Treasury sebagai buntut prospek pertumbuhan ekonomi di AS yang terus membuat rupiah tak berdaya.

Ibrahim menilai pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan bank sentral AS atau The Fed akan mengurangi nilai program pembelian obligasi dan surat berharga lainnya (quantitative easing) atau yang dikenal dengan istilah tapering.

Tapering merupakan salah satu hal yang ditakutkan, sebab berkaca dari pengalaman sebelumnya memberikan dampak yang besar di pasar finansial termasuk Indonesia. Saat itu dikenal dengan istilah taper tantrum,” jelas Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri sendiri, data internal yang baik dinilai tak bisa mengangkat sentimen positif karena data eksternal lebih kuat perannya, sehingga Ibrahim menilai pelemahan mata uang rupiah sebagai hal yang wajar.

“Wajar kalau mata uang rupiah melemah cukup tajam dan mata uang rupiah dalam minggu ini bisa ke 14.500,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper