Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Goyah, Mayoritas Bursa AS Melemah pada Awal Perdagangan

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite kompak melemah, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average bergerak di zona hijau.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada awal perdagangan Selasa (2/3/2021) di tengah valuasi saham yang terus membengkak dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 melemah 0,18 persen ke level 3.894,77 pada pukul 09.44 waktu New York, sedangkan indeks Nasdaq Composite tersungkur dengna pelemahan 0,29 persen ke 13.548,94.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau menguat 0,27 persen atau 85,69 poin ke level 31.621,10.

Pelemahan di Wall Street dipimpin oleh saham-saham teknologi, real-estate, dan industri. Zoom Video Communications Inc. menguat menysul perkiraan pendapatan yang melampaui perkiraan analis, sementara Target Corp naik karena kinerja kuartal IV/2020 barada di atas ekspektasi.

Optimisme pasar saham di antara analis Wall Street telah meningkat mendekati level yang menandakan masalah bagi ekuitas di masa lalu. Proyeksi bullish dari Bank of America mendekati ambang batas yang secara historis sudah masuk ke level bearish untuk saham.

Proyeksi tersebut menilai alokasi rata-rata yang direkomendasikan untuk ekuitas oleh analis dan sangat mendekati level pemicu sinyal jual.

Sementara itu, korelasi antara imbal hasil riil dan bursa AS turun ke level paling negatif dalam lima tahun terakhir pada pekan lalu.

Hubungan negatif yang kuat itu menunjukkan bahwa suku bunga Treasury yang disesuaikan dengan inflasi telah mencapai level di mana kenaikan lebih lanjut dapat menyeret indeks S&P 500 ke zona negatif.

Hal ini dapat berimbas kepada penurunan suku bunga pinjaman dan turunnya daya tarik aset lainnya.

Direktur investasi senior U.S. Bank Wealth Management Bill Northey mengatakan kenaikan suku bunga dipandang sebagai elemen penting yang menyebabkan investor menahan diri pada saat ini. Dia juga mengatakan bahwa investor sangat relevan dalam hal mencari tahu tingkat valuasi yang sesuai terhadap aliran pendapatan perusahaan.

"Apakah kita terlalu cepat dalam menentukan harga dalam ekonomi yang kuat dan pemulihan pendapatan perusahaan?" tulisnya dalam catatan, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (2/3/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper