Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Obligasi AS Masih Perkasa, Rupiah Terus Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.255 pad aperdagangan hari ini, Senin (1/3/2021).
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah mengawali bulan Maret dengan hasil negatif setelah ditutup melemah pada perdagangan Senin (1/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.255. Indeks dolar di sisi lain melemah 0,15 persen ke posisi 90,747.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.300 per dolar AS, melemah 71 poin atau 0,49 persen dari posisi kemarin, Jumat (26/2/2021) Rp14.229 per dolar AS.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini didominasi oleh sentimen dari luar negeri. Hal ini utamanya mengacu pada pergerakan tren imbal hasil obligasi dari surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang meningkat.

“Kenaikan ini terjadi seiring dengan kebijakan fiskal ekspansif pemerintah AS," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (1/3/2021).

Di sisi lain, kebijakan penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) di dalam negeri juga berimbas pada capital outflow di pasar keuangan. Hal ini tercermin dari imbal hasil surat utang pemerintah yang juga ikut meningkat. Dengan imbal hasil obligasi meningkat, maka harga obligasi Indonesia menurun.

Untuk perdagangan Selasa (2/3/2021) besok, Yusuf memprediksi pelemahan Rupiah masih akan berlanjut. Menurutnya, sentimen 1 tahun pandemi Covid-19 di Indonesia akan menjadi katalis negatif bagi investor. Hal tersebut karena proses pemulihan ekonomi terutama di kuartal I/2021 berpotensi berjalan lebih lambat. 

Selain itu, data inflasi juga menunjukkan bahwa inflasi inti pada Februari 2021 relatif masih relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Artinya, permintaan terhadap barang dan jasa juga belum optimal di awal tahun ini.

“Rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran Rp14.250 hingga Rp14.300 besok,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper