Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's: Penerbitan Sukuk di Pasar Global Diramal Turun Tahun Ini. Ini Sebabnya!

Moody’s memprediksi jumlah penerbitan sukuk pada tahun 2021 akan menurun ke level US$96 miliar atau turun 12 persen dari catatan tahun sebelumnya. Salah satu faktor pendukungnya adalah mulai pulihnya kondisi makroekonomi global.
 Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan sukuk global diprediksi menurun pada 2021 seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global.

Laporan dari Moody’s Investors Service pada Minggu (28/2/2021) menyebutkan, penerbitan sukuk bertenor panjang pada 2020 naik 49 persen di level US$109 miliar dari US$73 miliar pada 2019. 

Hal tersebut terjadi seiring pandemi virus Corona yang memperburuk kondisi ekonomi negara-negara utama penerbit sukuk seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Indonesia.

Arab Saudi masih memimpin negara dengan penerbitan sukuk tenor panjang terbesar dengan nilai US$44,5 miliar atau 40 persen dari total penerbitan pada 2020.

Indonesia menduduki peringkat kedua dengan US$24,1 miliar atau 22 persen total penerbitan disusul oleh Malaysia sebesar 17 persen dari nilai penerbitan tahun 2020 atau US$18,9 miliar.

Moody’s memprediksi jumlah penerbitan sukuk pada tahun 2021 akan menurun ke level US$96 miliar atau turun 12 persen dari catatan tahun sebelumnya. Salah satu faktor pendukungnya adalah mulai pulihnya kondisi makroekonomi global.

Moody’s memaparkan, kondisi pandemi virus Corona menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi negara-negara penerbit sukuk seperti Arab Saudi dan Indonesia. 

Hal tersebut membuat mereka terpaksa memperlebar defisit fiskalnya guna memperbaiki kondisi ekonomi, salah satu upayanya adalah melalui penerbitan sukuk.

Namun, kondisi tersebut diprediksi tidak akan terjadi pada tahun 2021. Moody’s memprediksi pemulihan ekonomi akan dialami oleh negara-negara utama penerbit sukuk setelah melakukan upaya belanja besar-besaran pada tahun lalu.

Selain itu, pergerakan harga minyak yang positif selama dua bulan pertama tahun 2021 juga akan berimbas positif untuk Arab Saudi. 

Sebagai salah satu negara eksportir minyak dunia, penerimaan dari sektor ini akan menurunkan defisit anggaran Arab Saudi dari 11,8 persen pada 2020 menjadi 6,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2021.

Sementara itu, di Indonesia, target defisit anggaran di kisaran 5,6 persen diprediksi akan meningkatkan kondisi pasar sukuk domestik. Hal ini akan berimbas pada kenaikan penerbitan sukuk pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper