Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cerah, Siap-Siap Belanja Saham LQ45 Jelang Musim Laporan Keuangan

Kinerja keuangan mayoritas penghuni indeks LQ45 diproyeksi mengalami penurunan laba dan pendapatan pada 2020 seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Musim pelaporan keuangan telah tiba. Prospek saham indeks LQ45 diyakini tetap cerah, kendati realisasi kinerja tahun lalu diproyeksi mengalami pelemahan.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami mengatakan bahwa kinerja keuangan mayoritas penghuni indeks LQ45 diproyeksi mengalami penurunan laba dan pendapatan pada 2020 seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.

“Namun, prospek saham-saham LQ45 masih baik sejalan dengan pergerakan IHSG, dan terbantu oleh ekspektasi pemulihan ekonomi yang dapat ditranslasi ke pemulihan laba emiten pada 2021,” ujar Zamzami kepada Bisnis, Jumat (26/2/2021).

Selain itu, masih terdapat penghuni indeks LQ45 yang memiliki price to earning ratio (PER) cenderung murah. Berdasarkan data Bloomberg, per akhir Februari 2021 terdapat dua saham yang memiliki PER di bawah 10 kali, yaitu GGRM di posisi 7,56 kali dan MNCN di posisi 7,27 kali. 

Berdasarkan catatan Bisnis, baru 11 emiten penghuni indeks LQ45 yang telah melaporkan kinerja keuangan 2020.

Dari total tersebut hanya PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih pada 2020 yaitu masing-masing naik 44,27 persen dan 665,72 persen.

Sementara itu, sebanyak 8 emiten penghuni indeks LQ45 mencatatkan penurunan laba bersih hingga double digit, dan 2 emiten lainnya mencetak pelemahan laba bersih relatif tipis.

Adapun, sepanjang tahun berjalan 2021 indeks LQ45 berhasil menguat 1,05 persen dan parkir di level 944,75 pada penutupan perdagangan Jumat (26/2/2021). Pada periode dua bulan pertama tahun ini, indeks bergerak di kisaran 936,1 hingga 952,73.

Kinerja indeks yang terdiri atas sejumlah emiten kakap itu justru tidak semoncer kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG), yang berhasil naik 4,39 persen sepanjang tahun berjalan 2021.

Zamzami menjelaskan bahwa hal itu terjadi dikarenakan efek seleksi. Pasalnya, beberapa anggota IHSG yang naik kencang dalam dua bulan pertama tahun ini bukan merupakan anggota LQ45.

Setidaknya terdapat tiga sektor utama di IHSG yang mencetak pergerakan impresif, seperti sektor finansial yaitu saham ARTO, BRIS, AGRO, MAYA, dan BANK, sektor IT yaitu DCII, dan sektor material yaitu BRPT.

“Meski memang banyak saham small cap yang naik, tetapi small cap tidak terlalu menggerakkan IHSG, dan memang juga kalau ditarik long-term, 10 bahkan 20 tahun terakhir, LQ45 memang underperform IHSG,” ujar Zamzami.

Di antara seluruh konstituen LQ45, dia menilai saham di sektor perbankan, telekomunikasi, dan semen termasuk BBRI, BBCA, TLKM, EXCL, INTP dan SMGR menarik untuk dicermati investor saat ini.

Secara terpisah, Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar mengatakan bahwa meski LQ45 dan IHSG sama-sama berhasil menguat secara year to date, maraknya rencana merger dana akuisisi bank kecil menyebabkan harga sahamnya naik jauh melebihi saham perbankan konstiten LQ45.

“Bahkan, kenaikan saham ARTO yang merupakan saham non- LQ45, sampai mampu mengantarkan emiten tersebut menjadi salah satu saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar,” papar Anggaraksa kepada Bisnis, Jumat (26/2/2021).

Adapun, kapitalisasi pasar ARTO per 26 Februari 2021 berada di posisi Rp108,65 triliun.

Jumlah itu melampaui kapitalisasi pasar dua saham bank anggota LQ45, yaitu BBTN di posisi Rp21,92 triliun dan BTPS di posisi Rp31,59 triliun.  Bahkan, kapitalisasi pasar ARTO hampir menyusul kapitalisasi pasar BBNI Rp110,96 triliun.

Di sisi lain, Anggaraksa menjelaskan bahwa sentimen perilisan laporan keuangan 2020 telah menjadi penggerak saham LQ45 dalam sebulan terakhir.

“Investor terlihat mulai memburu saham-saham telekomunikasi, seperti TLKM dan TOWR yang diperkirakan mempunyai kinerja solid pada tahun lalu di tengah sentimen pandemi Covid-19,” ujar Anggaraksa.

Dia merekomendasikan saham BBNI dengan target price (TP) Rp7.950, KLBF dengan TP Rp1.750, TLKM yang memiliki TP RP3.800, JSMR dengan TP Rp5.100, dan SMGR dengan TP Rp13.325 menarik untuk diakumulasi oleh investor.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa menyusul musim pelaporan kinerja keuangan emiten pada 2020, pasar juga menanti pengumuman pembagian dividen oleh setiap emiten.

Kondisi ini yang akan menjadi katalis penggerak indeks LQ45, mengingat sejumlah konstituen LQ45 dikenal royal membagi dividen terhadap pemegang saham.

Namun, secara garis besar pergerakan indeks LQ45 akan dipengaruhi oleh sentimen rilis data inflasi, pertumbuhan kredit, dan PMI Manufaktur Indonesia.

“Kalau secara global, rilis PMI Manufaktur beberapa negara, pertemuan OPEC, dan data US Nonfarm Payroll akan jadi sentimen penggerak,” ujar Nafan kepada Bisnis, Minggu (28/2/2021).

Dia merekomendasi saham ADRO, BBCA, BBNI, BBTN, BMRI, GGRM, HMSP, ICBP, INDF, INTP, KLBF, PTBA, TLKM, UNTR, dan UNVR untuk diakumulasi oleh investor saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper