Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Terus Turun, Kapan Bisa Bangkit Lagi?

Harga emas tengah menuju pelemahan selama dua bulan beruntun seiring dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Per Kamis (25/2/2021), secara year to-date (ytd), harga logam mulia ini telah anjlok 5,41 persen./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Per Kamis (25/2/2021), secara year to-date (ytd), harga logam mulia ini telah anjlok 5,41 persen./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terus melemah seiring dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS (US Treasury) dan penguatan dolar AS yang kian mengurangi daya tarik aset ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (25/2/2021), harga emas di pasar Spot terpantau sempat turun hingga 0,52 persen ke level US$1.795,65 per troy ounce. Secara year to-date (ytd), harga logam mulia ini telah anjlok 5,41 persen.

Adapun harga emas tengah menuju pelemahan selama dua bulan beruntun seiring dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS dan prospek pemulihan ekonomi yang mengurangi minat investor untuk memegang emas.

Selain itu, paket stimulus senilai US$1,9 triliun yang diusulkan Presiden AS, Joe Biden, serta potensi kemunculan stimulus lanjutan pada tahun ini juga semakin memperkuat kenaikan yield obligasi AS.

Penurunan minat investor terhadap emas juga terlihat dari aliran dana keluar dari Exchange Traded Fund (ETF) berbasis aset emas. Salah satu ETF emas, SPDR Gold Shares terpantau telah mencatatkan net outflow selama lima bulan beruntun sejak Oktober 2020 lalu.

Total kepemilikan ETF pada SPDR Gold Shares juga mencatatkan penurunan terbesar pada November lalu. Sedangkan, saat ini, angka kepemilikan ETF emas pada SPDR Gold Shares merupakan yang terendah sejak Mei tahun lalu.

Analis StoneX Group Rhona O'Connell mengatakan, ada tiga faktor utama yang menekan harga emas. Ketiganya adalah kenaikan imbal hasil obligasi AS, outflow dari ETF emas, serta penguatan yang terjadi pada mata uang dolar AS.

Hal senada juga diungkapkan Director Carillon Tower Advisers, Matt Orton. Menurut Orton, kenaikan imbal hasil US Treasury mengindikasikan kesediaan pelaku pasar menerima sentimen pemulihan ekonomi.

"Sentimen ini berimbas pada semakin tertekannya harga emas," ujarnya.

Sedangkan, Chief Market Strategist Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, harga emas kemungkinan akan sulit pulih secara berkelanjutan. Padahal, emas masih memiliki beberapa sentimen pendukung, seperti prospek kemunculan paket stimulus lanjutan.

Pelaku pasar juga terus memantau pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell dalam laporan semi-tahunannya di hadapan Komite Perbankan Senat AS pada Selasa waktu AS dan DPR AS pada Rabu.

Pada pertemuan dengan Senat AS, Powell mengatakan, kebijakan moneter yang akomodatif masih diperlukan guna membantu pemulihan ekonomi. Ia menambahkan, jalan pemulihan ekonomi global masih belum merata dan jauh dari selesai.

Di sisi lain, Powell juga menyatakan kenaikan tingkat imbal hasil US Treasury saat ini merupakan pernyataan kepercayaan diri pasar terhadap outlook ekonomi tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper