Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Lanjutkan Penguatan, Rupiah Berbalik Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah 12 poin atau 0,09 persen ke level Rp14.097 per dolar AS pada pukul 09.43 WIB.
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (25/2/2021), meskipun sempat mengawali perdagangan di zona hijau.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah 12 poin atau 0,09 persen ke level Rp14.097 per dolar AS pada pukul 09.43 WIB.

Padahal, rupiah sempat dibuka di zona hijau dengan penguatan tipis 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.082 per dolar AS.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,067 poin atau 0,07 persen ke level 90,109 pada pukul 09.42 WIB.

Kemarin, Rabu (24/2), nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis 0,05 persen ke level Rp14.085. Penguatan ini menempatkan mata uang garuda di posisi kelima di wilayah Asia pada perdagangan hari ini di belakang yuan China yang menguat 0,19 persen, rupee India dengan apresiasi 0,18 persen, dolar Taiwan yang menguat 0,08 persen, serta peso Filipina dengan kenaikan 0,06 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menyebutkan, pergerakan rupiah ditopang oleh pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang menyatakan komitmen pihaknya untuk mempertahankan suku bunga rendah dan pembelian obligasi untuk mendukung pemulihan ekonomi AS.

Powell juga menepis kekhawatiran bahwa kebijakan moneter yang longgar dapat menyebabkan inflasi dan gelembung keuangan yang telah mendominasi 2021 yang dinilai menguat karena reli saham global.

Dukungan The Fed menjadi faktor negatif jangka panjang bagi greenback. Secara bersamaan, investor beralih ke mata uang yang akan memperoleh keuntungan dari perdagangan global yang meningkat, serta negara-negara yang membuat kemajuan dalam pemulihan COVID-19.

“Hal ini ikut berkontribusi pada penurunan dolar,” jelasnya.

Dari dalam negeri, penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) tidak dibarengi dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Akibatnya, dampak positif yang sebelumnya diharapkan muncul oleh Bank Indonesia tidak terealisasi.

Tidak diturunkannya suku bunga kredit perbankan, menimbulkan kekecewaan dari Bank Indonesia yang berharap agar perbankan baik pelat merah maupun swasta kebijakan BI. Apabila perbankan tidak menurunkan suku bunga kredit, maka masyarakat atau pengusaha akan terbebani dengan bunga yang tinggi dan membuat mereka enggan meminjam dana di perbankan.

Konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat akan berjalan apabila perbankan menurunkan suku bunga kredit, karena variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

“Sinyal positif data eksternal kurang didukung dengan data Internal membuat penguatan rupiah tertahan,” lanjutnya.

Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan rupiah akan ditutup menguat pada rentang Rp14.050 hingga Rp14.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper